Ini Penjelasan Erick Thohir soal Opsi Pengurangan Saham di Garuda Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Menteri BUMN Erick Thohir memastikan belum akan melakukan pengurangan saham negara (dilusi) di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pasalnya, pihaknya saat ini masih terus mengupayakan negosiasi dan restrukturisasi utang Garuda sebesar Rp139 triliun.
Erick menegaskan, opsi utama untuk membenahi struktur keuangan Garuda melalui restrukturisasi utang dengan kreditur dan lessor. Karena itu, dilusi saham negara dinilai masih terlalu dini untuk dilakukan saat ini.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo meminta dukungan Komisi VI DPR, jika opsi dilusi memungkinkan untuk dilakukan.
"Masih terlalu jauh. Kalau Garuda sudah beberapa kali saya sampaikan bahwa kembali, kita mesti fokus restrukturisasi Garuda. Di mana, harga sewa yang terlalu mahal, kita harus negosiasi ulang, dan ada kasus korupsi sudah diproses oleh KPK, kita harus lakukan itu. Sama seperti kita membenahi Jiwasraya, kan sama," ujar Erick saat ditemui di kawasan Hotel Indonesia, Jumat (19/11/2021).
Erick menambahkan, restrukturisasi besar-besaran Garuda harus dilakukan karena harga dan bunga sewa pesawat masih terlalu mahal. Tercatat, bunga sewa maskapai penerbangan pelat merah itu mencapai 26 persen atau paling tinggi dunia.
"Dalam konteks Garuda, Garuda harus melakukan restrukturisasi besar-besaran ketika harga sewa masih terlalu mahal," kata dia.
Usai restrukturisasi, lanjut Erick, pihaknya akan mengarahkan Garuda Indonesia untuk menggarap rute penerbangan domestik. Dalam hitungan pemegang saham, 78 persen penumpang menggunakan jasa pesawat untuk bepergian antarpulau.
Bahkan, turis lokal berkontribusi sebanyak Rp1.400 triliun. Sedangkan 22 persen atau sekitar Rp300 triliun berasal dari turis mancanegara.
"Setelah restrukturisasi, kita fokus pada domestik market. Kita bandingkan dengan domestik penerbangan di banyak negara, Amerika Serikat negara yang sangat besar, fokus pada domestik market, apakah yang southwest, kontinental, united semuanya fokus ke situ, kita harus ke situ. Ini bisnis model," ucapnya.
Editor: Aditya Pratama