Kisah Mantan Preman Sukses Jadi Pengusaha Tambak Udang Beromzet Miliaran Rupiah
Selama menjalani kehidupan keras sebagai pengamen dan preman, Iksan beberapa kali hampir kehilangan nyawa. Dia juga sempat 'ngobat' hingga akhirnya dia yang memiliki hobi membaca ini memutuskan berhijrah saat menemukan kolom soal spiritual di surat kabar dan melihat temannya yang lebih dahulu berhijrah.
Setelah hijrah untuk meninggalkan kehidupannya yang kelam, Iksan pun berjualan asongan. Dia beberapa kali mencoba berdagang dan mengalami jatuh bangun.
Dia pernah berjualan kebab hingga memiliki 16 cabang yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, di antaranya di Depok, Medan, dan Padang. Dari jualan kebab itu, dia bisa membeli rumah, tanah, dan mobil, namun dia menjual bisnis tersebut dan beralih ke bisnis seafood.
Namun bisnis seafood yang dibangunnya tersebut bangkrut. Bahkan, istrinya sempat berutang untuk membeli sayuran. Setelah itu, dia menjajal beberapa bisnis lain termasuk properti dan tanah hingga tambak udang yang membawanya kepada kesuksesan sampai sekarang.
Iksan saat ini memiliki tambak udang di Muaragembong, Bekasi seluas 700 hektare (ha). Di dalam tambaknya, terdapat lahan produksi udang vaname, rumput laut, dan bandeng.
Dalam satu klaster tambaknya yang terdiri dari 10 ha, jumlah udang yang diproduksi kurang lebih 150 ton per siklus tanam. Jadi hasil panen dalam satu klaster tersebut bisa mencapai Rp40 miliar-Rp50 miliar per tahunnya.
"Udang itu kalau kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba," tutur Iksan.
Dia menargetkan akan memperluas lahan tambak udangnya menjadi 1.000 ha. Selain itu, juga akan membangun bisnis tambak udang dari hulu ke hilir, mulai dari pakan, alat produksi hingga pengolahan untuk memenuhi pasar udang, yang saat ini Indonesia hanya menguasai 7 persen pasar udang dunia atau nomor 4 produksi udang di dunia.
Editor: Jujuk Ernawati