Kisah Sukses Pendiri Blue Bird, Memulai Bisnis Taksi dari 2 Mobil Sedan Kini Punya 20.000 Armada
Berkat kemampuannya mengelola perusahaan, jumlah taksi Blue Bird bertambah signifikan dengan cepat. Pada 1985 perusahaan memiliki lebih dari 2.000 unit mobil taksi. Blue Bird juga dipercaya sebagai salah satu taksi yang melayani tamu-tamu KTT GNB 1992. Merk Silverbird muncul saat itu, dengan segmen kelas eksekutif.
Seiring perkembangan zaman, Blue Bird terus berinovasi. Hal ini pula yang membuat Blue Bird terus berkembang dan bertahan menjadi perusahaan taksi terbesar di Indonesia. Pada 1994, Blue Bird mulai menggunakan computerized system untuk mengoperasikan call center.
Saat bisnis Blue Bird semakin berkembang, Mutiara diketahui menderita kanker paru-paru. Pelan-pelan dia menyerahkan perusahaan kepada kedua putranya untuk berkonsentrasi menyembuhkan penyakitnya.
Pada 10 Juni 2000, Mutiara meninggal dunia setelah melalui perawatan intensif di RS Medistra, Jakarta. Meski telah tiada, semangat Mutiara terus membuat Blue Bierd melebarkan sayap mengikuti perkembangan zaman.
Pada 2002, Blue Bird resmi menggunakan warna biru metalik yang menjadi ciri khas taksi tersebut sampai saat ini. Saat ini, Blue Bird telah menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nama PT Blue Bird Tbk.
Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini memiliki lebih dari 20.000 armada dan 23.000 karyawan yang tak hanya beroperasi di Jakarta, tetapi total di 18 kota.
Demikian kisah sukses pendiri Blue Bird, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, yang menginspirasi dan memotivasi. Meski memulai usaha dari 2 mobil sedan, kini perusahaan yang didirikannya tercatat memiliki lebih dari 20.000 armada taksi.
Editor: Jeanny Aipassa