Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Daftar Harga BBM Pertamina 5 November 2025 di SPBU Seluruh Indonesia
Advertisement . Scroll to see content

Menabur Benih Energi Hijau, Siasat Pertamina Atasi Krisis Udara Bersih di Jabodetabek

Selasa, 17 Oktober 2023 - 14:14:00 WIB
Menabur Benih Energi Hijau, Siasat Pertamina Atasi Krisis Udara Bersih di Jabodetabek
Ilustrasi Pertamina bangun JIGT untuk atasi krisis udara bersis di Jabodebek (IG Pertamina)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - PT Pertamina (Persero) mengumumkan rencana pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT), sebuah proyek Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) ramah lingkungan dan modern. Aksi korporasi itu tentu menggembirakan masyarakat di tengah gempuran krisis udara bersih di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). 

Tak tanggung-tanggung nilai investasi yang dibidik perseroan mencapai 350-550 juta dolar AS atau setara Rp5,3-8,3 triliun untuk tahap pertama pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal. Agar mega proyek energi bersih ini berjalan mulus, Pertamina melalui Subholding Integrated Marine Logistics, PT Pertamina International Shipping (PIS), menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengendali bisnis pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. 

Sumber pendanaan proyek diperoleh melalui skema kemitraan (strategic partnership) dengan sejumlah investor. Saat ini proses penjajakan masih dilakukan Pertamina International Shipping dan Pelindo, sehingga belum diketahui investor mana saja yang turut berpartisipasi.

JIGT dibangun di area bebas penduduk atau berada di perairan Kalibaru, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kawasan milik Pelindo. Konstruksinya dilakukan secara bertahap dan dimulai pada awal 2025, setelah proses front end engineering design (FEED) dan final investment decision (FID) dirampungkan pada 2024 mendatang. Adapun lokasi pembangunan TBBM sudah direklamasi Pelindo sejak 2019 lalu.

Menurut Kementerian BUMN JIGT akan menjadi katalisator atas perbaikan udara di Jakarta dan daerah penyangga Ibu Kota, kawasan sentral Indonesia yang kini dihantam polusi. Sebab itu, proyek prestisius ini diperhitungkan lantaran memperkuat pasokan bahan bakar rendah karbon di Jabodetabek. 

"Semoga ini menjadi awal yang baik untuk menjadikan JIGT global benchmark pelabuhan pertama Indonesia di green terminal, tapi juga menjadi katalis untuk menjadikan Jakarta yang lebih ramah lingkungan," ujar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. 

Keberadaannya pun diyakini bisa mereduksi emisi dari kendaraan berbahan bakar fosil yang disinyalir menjadi penyebab utama polutan. Memang, di Jabodetabek polusi udara tengah berkecamuk. Pencemaran udara ini telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan, bahkan termasuk dalam salah satu kondisi paling buruk di dunia.

Kendaraan berbahan bakar minyak konvensional menjadi kontributor besar polusi udara, selain sektor industri. Tercatat, jumlah kendaraan pribadi berbasis BBM fosil mencapai 21,8 unit pada akhir 2022. Data ini tercatat dalam laporan statistik Indonesia 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut laporan tersebut, selama periode 2020-2022 jumlah mobil penumpang di Jakarta bertambah 1,6 jutaan unit. 
 
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sumbangsi sektor transportasi darat berbahan bakar fosil terhadap polusi udara di Jakarta mencapai 44 persen, diikuti industri energi 31 persen, manufaktur industri 10 persen, perumahan 14 persen, lalu komersial 1 persen. 

Di sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar diberikan oleh kendaraan dengan persentase 96,36 persen atau 28.317 ton per tahun, disusul pembangkit listrik 1,76 persen atau setara 5.252 ton per tahun, dan industri 1,25 persen atau setara 3.738 ton per tahun.

Pemerintah melalui perusahaan pelat merah dipandang perlu mengambil langkah agresif untuk menanggulangi polusi udara di Jabodetabek. Dalam konteks di masa transisi menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060, kebijakan pembatasan kuota BBM bersubsidi untuk jenis Pertalite dan Solar diharuskan karena menyumbang emisi karbon monoksida yang cukup tinggi. 

Strategi JIGT Perangi Polusi di Jabodetabek

Tiko, sapaan akrab Kartika mengatakan, Jakarta Integrated Green Terminal merupakan infrastruktur BBM yang sangat strategis untuk pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) ke depan. Di sisi kapasitas, JIGT tiga kali lebih besar dari Terminal Bahan Bakar Minyak di Plumpang, Jakarta Utara, karena memiliki daya tampung mencapai 6,3 juta barel. Jumlah itu memungkinkan Pertamina bisa memenuhi pasar bahan bakar rendah karbon dan secara perlahan menggantikan konsumsi BBM fosil di masa mendatang. 

Kemampuan produksi dan penampungan JIGT ikut memperkuat posisi TBBM Plumpang, tulang punggung infrastruktur BBM di Jawa bagian barat saat ini. Namun berbeda dengan TBBM Plumpang yang didominasi sumber energi fosil, Jakarta Integrated Green Terminal mengutamakan BBM hijau sebagai produk unggulan, di samping dikelola secara ramah lingkungan pula. 

Pada tahap awal, JIGT dapat menampung 4,4 juta barel bahan bakar green dan sebagian kecilnya merupakan BBM konvensional. Namun, jumlahnya terus diperluas hingga 6,3 juta barel. 

Tiko menyebut JIGT akan memproduksi dan menampung Gas Alam Cair (LNG), Fatty Acid Methyl Esters (FAME), Used Cooking Oil (UCO), Hydrogen, Ammonia, dan Petrokimia. Inilah jenis-jenis sumber energi bersih yang paling akseleratif untuk mengejar target renewable energy atau energi baru terbarukan di dalam negeri. 

Di samping itu, beberapa jenis energi konvensional juga masih dimanfaatkan Pertamina sebagai sumber energi sementara karena Indonesia dalam masa transisi. Bagi pemerintah, selama transisi menuju NZE pada 2060 atau lebih cepat, minyak dan gas memainkan peran penting untuk mengamankan pasokan energi nasional, khususnya di bidang transportasi dan pembangkit listrik.

“Ini (JIGT) akan multi product karena mencakup (BBM) konvensional dan green product mulai dari Gasoline, Fuel Oil yang standar, kemudian masuk kepada Biodiesel, FAME, LPG, LNG, Ammonia, Using Cooking Oil atau UCO, dan Hydrogen Fuel dan akan dibangun secara modular,” ujar dia. 

Untuk melayani energi bersih di Jabodetabek, kata Tiko, Pertamina meningkatkan kapasitas pencampuran (blending) dan tangki minyak di Jakarta Integrated Green Terminal. Setelah itu akan didistribusikan ke pasaran. Menurutnya, langkah ini berupa layanan dasar yang dilakukan BUMN minyak dan gas bumi (migas) untuk mencapai target netral karbon di waktu mendatang.  

TBBM baru milik perusahaan migas negara beroperasi secara bertahap. Fase pertama atau periode 2027-2035, Pertamina membangun dan mengoperasikan storage BBM, fase kedua difokuskan pada storage LNG, FAME, dan UCO yang direalisasikan pada 2035-2040, pada fase ketiga atau 2040 dibangun storage Hidrogen

“Transisi energi tadi jadi kunci bahwa Pertamina harus menyiapkan, kita tahu kebutuhan green energy yang lebih ramah lingkungan untuk Jabodetabek. Selama beberapa hari terakhir atau berapa minggu terakhir banyak kita bicarakan mengenai polusi udara di Jakarta, tentunya ada salah satu langkah awal bagaimana Pertamina menyediakan biofuel yang bisa menurunkan emisi di Jabodetabek,” ucapnya. 

Tak hanya itu, JIGT nantinya menjadi gerbang perdagangan energi melalui koridor Singapura-Indonesia yang memiliki porsi 30-35 persen dari alur perdagangan global untuk minyak dan LNG. 

Senada, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati memastikan, rancangan JIGT tidak hanya mengantisipasi tren peningkatan kebutuhan energi bersih, namun juga mendorong pertumbuhan makro ekonomi nasional.

Menurutnya, JIGT dibangun lebih modern, ramah lingkungan, dan tercanggih di Indonesia. Terminal ini nantinya dirancang sesuai dengan tren transisi energi dan pengembangan bisnis energi hijau masa depan Pertamina, selain menjadi terminal energi dengan standar operasional terbaik.

“JIGT juga dirancang untuk mengantisipasi tren peningkatan kebutuhan energi yang sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi nasional,” imbuh Nicke

Bukan kali pertama Pertamina merealisasikan komitmennya mendukung program pemerintah untuk mencapai netral karbon atau net zero emissions. Pembangunan JIGT hanyalah tindaklanjut atau salah satu dari berbagai aksi korporasi yang dituangkan dalam peta jalan perusahaan ihwal transisi dan ketahanan energi nasional. 

Nicke merinci ada sejumlah strategi perseroan untuk mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat diantaranya, menggunakan teknologi Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS), efisiensi kilang dan blok migas, menjalankan program Langit Biru dengan menyediakan produk BBM yang ramah lingkungan, termasuk pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). 

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut