Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Bertahan di Tengah Resesi Global
Situasi yang saat ini terjadi, menyebabkan harga komoditas naik atau turun secara cepat seperti harga gas, batubara, minyak dunia, CPO, gandum, kedelai, dan lainnya. Belum lagi tekanan inflasi di AS akan memaksa The Feed menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga diperkirakan akan menimbulkan turbulensi.
"Fenomena ini yang harus disikapi tak hanya pemerintah tapi dunia usaha. Tapi Indonesia beruntung ada tren peningkatan beberapa variabel ekonomi sejak bulan lalu. Pemulihan ekonomi terus berlangsung. PMI kita diatas 50 artinya terus bertumbuh. Tapi tetap harus waspada," ujar Suahasil.
Dia menjelaskan, Bank Indonesia juga saat ini masih mempertahankan suku bunga. Dengan suku bunga saat ini dia berharap akan terus mendorong pemulihan ekonomi. Karena kenaikan suku bunga akan sangat rentan terhadap capital flow.
Beberapa tren positif lainnya misalnya google mobilitas yang menunjukan angka cukup baik, impor bahan baku masih baik, konsumsi listrik double digit, kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan masih 70 persen artinya masih ada ruang untuk naik.
"Ini leading indikator yang diharapkan jadi basis Indonesia kedepan. Ekspor baik sekali, neraca perdagangan surplus. tapi kita harus jaga dan waspada harga-harga, karena bisa naik dan turun sangat cepat," ungkap Suahasil.
Kendati optimistis ekonomi Indonesia mampu bertahan, dia mengakui akan tetap terpengaruh kondisi global. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi dari 5,4 persen menjadi 5,4 persen, atau turun 0,1 persen.
Angka tersebut masih cukup baik, ketimbang revisi pertumbuhan ekonomi global yang cukup dalam dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen. Tahun depan juga turun dari 3,6 persen jadi 2,9 persen.
Editor: Jeanny Aipassa