Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content

Perbankan China Berpotensi Rugi Rp5.280 Triliun karena Krisis Properti

Selasa, 02 Agustus 2022 - 08:20:00 WIB
Perbankan China Berpotensi Rugi Rp5.280 Triliun karena Krisis Properti
Perbankan China berpotensi rugi Rp5.280 triliun karena krisis properti. Foto: Reuters
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING, iNews.id - Bank-bank di China menghadapi potensi kerugian sebesar 356 miliar dolar AS atau setara Rp5.280 triliun dalam skenario terburuk karena jatuhnya pasar properti di negara tersebut.

Krisis properti yang membuat macetnya proyek perumahan di China telah merusak kepercayaan ratusan ribu pembeli rumah. Ini memicu boikot pembayaran hipotek atau KPR di lebih dari 90 kota dan peringatan risiko sistemik yang labih luas. 

Pertanyaan besarnya sekarang bukanlah apakah krisis akan terjadi, namun seberapa ebsar krisis properti akan menghancurkan sistem perbankan China dengan nilai mencapai 56 triliun dolar AS. 

Dalam skenario terburuk, S&P Global Ratings memperkirakan 356 miliar dolar AS atau 6,4 persen kredit perumahan berisiko. Sementara Deutsche Bank memperingatkan setidaknya 7 persen kredit perumahan dalam bahaya. Sejauh ini, bank-bank yang terdaftar telah melaporkan kredit perumahan yang ditangguhkan senilai 2,1 miliar yuan, yang terkena dampak langsung oleh boikot.

Profesor keuangan di University of Hong Kong Business School Zhiwu Chen mengatakan, bank terjebak di tengah masalah ini. 

"Jika mereka tidak membantu pengembang menyelesaikan proyek, mereka akan kehilangan lebih banyak lagi. Jika mereka melakukannya, itu tentu saja akan membuat pemerintah senang, tetapi mereka menambah eksposur mereka ke proyek-proyek real estate yang tertunda," katanya, dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/8/2022). 

Selain diguncang oleh hambatan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat, gangguan Covid dan rekor pengangguran kaum muda yang tinggi, Beijing menempatkan stabilitas keuangan dan sosial sebagai prioritas utama. Upaya yang telah dipertimbangkan sejauh ini termasuk masa tenggang pembayaran hipotek dan dana yang didukung bank sentral untuk memberikan dukungan keuangan kepada pengembang. 

Di sisi lain, bank diharapkan memainkan peran aktif dalam bailout negara.  

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut