Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : LPS Kembali Turunkan Suku Bunga Penjaminan 25 Bps, Bank Umum Jadi 3,50 Persen
Advertisement . Scroll to see content

Perbarindo Optimistis Ekonomi dan Bisnis BPR-BPRS Melesat di 2022

Jumat, 10 Desember 2021 - 19:37:00 WIB
 Perbarindo Optimistis Ekonomi dan Bisnis BPR-BPRS Melesat di 2022
Seminar Nasional Virtual Perbarindo tentang Outlook 2022 dilansir Jumat (10/12/2021). (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) optimistis pertumbuhan ekonomi dan bisnis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah akan melesat di 2022. Hal itu, seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang sudah mulai terlihat di kuartal IV 2021.

Ketua DPP Perbarindo, Joko Suyanto, memaparkan sepanjang kuartal III-2021, Perbarindo mencatat bahwa perekonomian global mengalami perbaikan. Hal itu terlihat dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) global pada Juli, Agustus, September 2021 yang mencapai lebih dari 50. 

Lalu harga komoditas makanan dan komoditas hasil tambang di pasar internasional mengalami peningkatan baik secara (q-to-q) maupun (y-on-y). Sementara itu ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia, di periode yang sama, juga menunjukan pertumbuhan positif.

“Ini jadi momentum bagi industri BPR-BPRS menatap masa depan Indonesia yang lebih baik,” ujar Joko, dalam keterangan, Jumat (10/12/2021).

Dia juga menyampaikan optimisme bahwa Indonesia akan menutup tahun 2021 dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan tahun 2022 diproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif menjadi 5,2 persen.

Pandemi memang memberikan  pengaruh pada kinerja BPR-BPRS. Pertumbuhan aset, DPK, dan kredit/pembiayaan melandai sejak awal pandemi. Alhasil industri BPR-BPRS juga semakin selektif dalam penyaluran kredit/pembiayaan. Ekonomi yang melambat telah mempengaruhi demand terhadap produk dan jasa yang ditawarkan BPR-BPRS. 

“Kalau melihat ketahanan bank saya rasa BPR-BPRS masih sangat baik. Per September 2021, angka CAR BPR 32,01 persen dan LDR di angka 74 persen. Ini juga masaih ada ruang yang mencukupi untuk melakukan intermediasi,” ujar Joko. 

Sepanjang 2021 kinerja BPR-BPRS masih terjaga dan tumbuh positif. Per September 2021, total asset BPR tumbuh 8,90 persen (yoy), penyaluran kredit tumbuh 4,33 persen (yoy) menjadi Rp123 triliun, dan DPK tumbuh sebesar 11,27 persen (yoy) menjadi 126 triliun. 

Hanya saja, lanjut Joko, ada risiko kredit dimana angka NPL rata-rata BPR berada di atas 5 persen  dan itu menjadi PR bersama serta menjadi prioritas dalam rencana bisnis bank (RBB) di 2022. 

Menyangkut persaingan bisnis ke depan, Joko mengingatkan kepada seluruh BPR-BPRS di Indonesia untuk bisa bersaing. “Bagaimana tata kelola yang optimal, kualitas dan kuantitas SDM yang memadai, serta ketersediaan infrastruktur teknologi menjadi penting bagi industri BPR-BPRS,” ujar Joko. 

Dia menambahkan, yang tak kalah penting adalah industri BPR-BPRS juga harus bertransformasi pada keinginan market. “Kami berpandangan bahwa ke depan BPR-BPR juga harus hybrid dalam berbisnis. Para milenial juga dipertimbangakan sebagai going concern bisnis BPR-BPRS,” ungkap Joko.

Sementara itu, ekonom senior, Ryan Kiryanto, mengatakan bahwa sebentar lagi Indonesia akan take off menuju ke era kenormalan baru. Apa yang terjadi di global, akan berimplikasi pada ekonomi dan industri keuangan Indonesia dan tentunnya ke industri BPR-BPRS. 

Menurut dia, dunia memang belum selesai menghadapi Covid-19, namun ada kabar baik yaitu Purchasing Managers Index hampir di seluruh negara berada di atas 50. Jika di atas 50 berarti masuk zona ekspansi. Purchasing Managers Index merupakan alat ukur untuk mendeteksi ekonomi suatu negara. 

“Posisi Indonesia per Oktober di angka 57. Artinya pada kwartal keempat perekonomian Indonesia sedang bergairah dan ini pararel dengana angka kasus Covid-19 harian yang menurun jauh,” ujar Ryan dalam Seminar Nasional Virtual Perbarindo tentang Outlook 2022 dilansir Jumat (10/12/2021).
 
Ryan melihat ekonomi Indonesia saat ini sudah menggeliat. Indikasinya bisa dilihat dari kondisi Jakarta saat ini yang sudah mengalami kepadatan lalu lintas. Indonesia juga katanya mendapatkan apresiasi sebagai 5 negara terbaik dalam menangani kasus Covid-19 dan saat ini mencapai tahap herd immunity. 

“Desain kebijakan penanganan Covid-19 yang dibuat pemerintah sedemikan rupa, dirancang serius berbasis data sehingga pencapaiannya luar biasa. Saat ini kita berada di level recovery. Q3 tumbuh 3,51 persne, tetapi basisnya sudah lebih baik. Kita akan mencapai kekebalam komunal tanpa menunggu semester tahun depan,” ujar Ryan.

Sementara di sektor perbankan, lanjutnya, likuiditas akan menghijau. Itu artinya semuanya membukukan profit karena risiko kredit juga sudah bisa dimanage serta likuiditas sangat memadai. 

“CAR kita tinggi sekali 25,24 yang berarti tidak ada isu dengan capital dan risiko perbankan kita. Dan tidak ada masalah likuiditas di bank-bank kita. Semuanya on track karena kita berada di posisi recovery,” kata Ryan.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut