Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Investasi di Jakarta Tembus Rp204 Triliun, Jadi Daya Tarik Ekonomi Nasional
Advertisement . Scroll to see content

PM Ranil Wickremesinghe: Ekonomi Sri Lanka Benar-benar Kolaps

Kamis, 23 Juni 2022 - 11:47:00 WIB
PM Ranil Wickremesinghe: Ekonomi Sri Lanka Benar-benar Kolaps
PM Ranil Wickremesinghe mengatakan, ekonomi Sri Lanka benar-benar kolaps. Foto: Reuters
Advertisement . Scroll to see content

KOLOMBO, iNews.id - Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan, ekonomi Sri Lanka yang dibayangi banyak utang telah kolaps setelah berbulan-bulan mengalami kelangkaan bahan pangan, BBM dan listrik. 

Kepada anggota parlemen, Ranil menuturkan, Sri Lanka menghadapi situasi yang jauh lebih serius dibanding dengan kelangkaan yang dihadapi. Dia juga memperingatkan Sri Lanka kemungkinan bisa jatuh ke titik terendah. 

"Ekonomi kita benar-benar kolaps," kata dia, dikutip dari The Guardian, Kamis (23/6/2022). 

Krisis di Sri Lanka dianggap yang terburuk, tetapi Wickremesinghe tidak menyebutkan perkembangan baru yang spesifik. Komentarnya muncul untuk menekankan kepada kritikus dan anggota parlemen oposisi bahwa dia telah mewarisi tugas yang sulit, yang tidak dapat diperbaiki dengan cepat.

Ekonomi Sri Lanka kandas di bawah beban utang yang besar, kehilangan pendapatan pariwisata dan efek lain dari pandemi Covid-19, serta melonjaknya biaya komoditas. Hasilnya, negara itu meluncur menuju kebangkrutan, dengan hampir tidak ada uang untuk mengimpor BBM, susu, gas untuk memasak dan tisu toilet.

Anggota parlemen dari dua partai oposisi utama memboikot parlemen minggu ini untuk memprotes Wickremesinghe, yang menjadi PM Sri Lanka lebih dari sebulan lalu sekaligus menjadi menteri keuangan karena gagal memenuhi janjinya untuk memperbaiki perekonomian negara itu.

Wickremesinghe mengatakan, Sri Lanka tidak dapat membeli bahan bakar impor karena utang yang besar dari perusahaan minyaknya. Ceylon Petroleum Corporation berutang 700 juta dolar AS. 

"Akibatnya, tidak ada negara atau organisasi di dunia yang mau menyediakan bahan bakar untuk kami. Mereka bahkan enggan menyediakan bahan bakar untuk uang tunai," tuturnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut