LONDON, iNews.id - Afghanistan telah direbut oleh para pejuang Taliban pada Minggu (15/8/2021). Jatuhnya pemerintahan Afghanistan ke tangan Taliban, menyebabkan banyak pakar bertanya tentang kekayaan mineral di negara itu yang belum dimanfaatkan.
Afghansitan merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Namun pada 2010 lalu, pejabat militer dan ahli geologi AS mengungkapkan Afghansitan memiliki cadangan mineral senilai hampir 1 triliun dolar AS atau setara Rp14.370 triliun.
Kredit Oktober 2025 Melambat, Sikap Hati-Hati Bank ke UMKM Jadi Sorotan
Pasokan mineral seperti besi, tembaga, dan emas tersebar di seluruh negeri. Selain itu, ada mineral tanah jarang dan paling penting lithium mungkin menjadi salah satu cadangan terbesar di dunia yang belum dimanfaatkan. Lithium merupakan kompenen penting yang langka untuk baterai listrik dan teknologi lain untuk mengatasi krisis iklim.
"Afghanistan merupakan wilayah yang kaya akan logam mulia tradisional, dan juga logam (yang dibutuhkan) untuk ekonomi yang muncul di abad 21," kata seorang ilmuwan dan pakar keamanan yang mendirikan Ecological Futures Group Rod Schoonover, dikutip dari CNN, Kamis (19/8/2021).
AS Habiskan Rp32.640 Triliun untuk Perang di Afghanistan Selama 20 Tahun
Tantangan keamanan, kurangnya infrastruktur, dan kekeringan parah di negara itu telah mencegah ekstrasi mineral paling berharga di masa lalu. Afghanistan dijuluki sebagai 'kutukan sumber daya' karena upaya untuk mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) gagal memberikan manfaat bagi masyarakat lokal dan ekonomi domestik.
Meski begitu, pengungkapan kekayaan mineral Afghanistan berdasarkan survei sebelumnya telah menunjukkan potensi yang besar. Permintaan logam seperti lithium dan kobalt, serta elemen tanah jarang seperti neodymium melonjak ketika banyak negara mulai beralih ke mobil listrik dan teknologi ramah lingkungan untuk memangkas emisi karbon.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku