Saham Meta Anjlok, Kekayaan Mark Zuckerberg Turun Rp1.500 Triliun
JAKARTA, iNews.id - Harta kekayaan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg turun 100 miliar dolar AS atau setara Rp1.555 triliun. Hal ini terjadi setelah saham Meta anjlok 74 persen dari titik tertinggi pada 7 September 2021 yang membuat kekayaan Zuckerberg mencapai 136,4 miliar dolar AS atau setara Rp2.121 triliun pada saat itu.
Terbaru, harta kekayaan Zuckerberg menyusut 11 miliar dolar AS atau setara Rp171,11 triliun imbas amblesnya saham Meta sebesar 25 persen pada perdagangan hari Kamis. Penurunan tersebut terjadi setelah perusahaan melaporkan pendapatan kuartalan yang buruk.
Menurut data Forbes, kekayaan Zuckerberg kini tercatat sebesar 36,4 miliar dolar AS atau setara Rp566,22 triliun. Penurunan saham menjatuhkan Zuckerberg dari orang terkaya ke-25 di dunia, menjadi orang terkaya ke-29, menurut data Real-Time Billionaire Forbes.
Adapun dalam laporan pendapatan kuartal ketiga, raksasa media sosial tersebut melaporkan penurunan laba 50 persen dan pendapatan turun 4 persen. Angka ini jauh di bawah ekspektasi analis.
Lebih buruk lagi, divisi virtual dan augmented reality Meta telah kehilangan 9,4 miliar dolar AS tahun ini hingga 30 September karena mencoba membuat metaverse. Di depan itu, Meta tampaknya gagal total.
“Dengar, saya mengerti bahwa banyak orang mungkin tidak setuju dengan investasi ini. Tapi dari apa yang bisa saya katakan, saya pikir ini akan menjadi hal yang sangat penting, dan saya pikir akan menjadi kesalahan bagi kita untuk tidak fokus pada salah satu area ini, yang menurut saya akan menjadi penting secara fundamental bagi dunia. masa depan," ujar Zuckerberg dalam penyampaian laporan pendapatan perusahaan pada hari Rabu.
Di luar kerugian dalam unit metaverse-nya, Meta menghadapi persaingan ketat dari TikTok untuk mendapatkan iklan, serta mundurnya pengiklan yang lebih luas di tengah kekhawatiran tentang resesi yang akan datang.
Selain itu, jejaring sosial masih belum pulih dari perubahan privasi yang dibuat oleh Apple tahun lalu. Hal ini mempersulit perusahaan teknologi untuk melacak pengguna di seluruh aplikasi dan telah memotong pendapatan iklannya.
Editor: Aditya Pratama