Sosok Autry Stephens, Pengusaha Minyak AS yang Raup Untung Besar Sebelum Meninggal
Krisis keuangan tahun 2008, yang menurunkan permintaan minyak dan membuat beberapa operator AS bangkrut, memaksa Stephens menutup hampir semua rignya.
"Itu adalah pengalaman yang hampir merenggut nyawa," kata Stephens kepada majalah Forbes pada tahun 2014.
Stephens pada saat itu sempat berpikir harus menjual perusahaannya jika harga minyak tidak kunjung membaik. Dia pun memutuskan untuk mengurangi ketergantungan perusahaan pada jalur kredit dengan menerbitkan obligasi jangka panjang dan menggunakan kontrak berjangka untuk mengunci harga minyak agar tetap stabil.
"Pencapaian yang paling saya banggakan adalah menciptakan 1.800 lapangan kerja dan bahwa perusahaan kami menghasilkan produk yang sangat penting bagi kesejahteraan negara kita," ucap Stephens di University of Texas di Austin.
Lahir pada 1938, Stephens dibesarkan di pertanian milik keluarganya di dekat De Leon, sebuah kota kecil 90 mil (145 kilometer) di barat daya Fort Worth. Dia tidak menunjukkan banyak harapan sebagai petani, dan kekeringan hebat selama tahun terakhirnya saat mengenyam pendidikan sekolah menengah membuat sang ayah merekomendasikan Stephens untuk mencari pekerjaan lain.
Stephens berkuliah di University of Texas dengan mengambil program studi teknik perminyakan. Dia memperoleh gelar sarjana pada 1961 dan gelar master pada 1962. Kemungkinan bekerja di lokasi eksotis seperti Arab Saudi atau Venezuela memikatnya ke industri minyak. Sebaliknya, dia menorehkan prestasi di rumahnya sendiri, di Texas.
Setelah lulus, Stephens bekerja untuk Humble Oil, kemudian menghabiskan dua tahun di Army Corps of Engineers. Lalu dia menghabiskan satu dekade di bank lokal Midland, tempat dia menilai kepemilikan minyak dan gas.
Terinspirasi oleh klien wirausaha yang ditemuinya, dia memutuskan pada tahun 1979 untuk meninggalkan jalur karier korporat dan menghabiskan waktu singkat sebagai insinyur konsultan independen.
Dia mengebor sumur pertamanya pada tahun 1979 di Spraberry Trend, ladang minyak di Cekungan Permian, diikuti oleh dua sumur pada tahun 1980 dan empat sumur lagi pada tahun 1981, menurut wawancaranya dengan Reporter-Telegram.
Editor: Aditya Pratama