WTO Peringatkan Perang Rusia-Ukraina Bisa Picu Krisis Pangan Global Bertahun-tahun
Sementara itu, Ukraina mengatakan, perlu jaminan keamanan yang efektif sebelum dapat memulai pengiriman.
Adapun beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika akan merasakan ancaman kelangkaan. Libya dan Eritrea mendapatkan lebih dari 40 persen gandum mereka dari Ukraina, dan Lebanon lebih dari 60 persen. Namun harga gandum naik sepertiga sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Sedangkan gandum yang berhasil diekspor dari Ukraina melalui kereta api dan truk hanya 2 juta ton.
Menurut Okonjo-Iweala, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah membentuk satuan tugas untuk menangani masalah tersebut.
"Dia menghabiskan banyak waktu untuk mencoba bekerja dengan Rusia untuk melihat apakah pengaturan dapat dibuat. Jadi, kami akan tetap berdoa," ujarnya.
Jika kesepakatan tidak dapat dibuat, menurutnya, ini benar-benar akan menjadi situasi yang mengerikan di seluruh dunia. Dia menuturkan, 35 negara di Afrika mengimpor pangan dari kawasan Laut Hitam itu, sedangkan 22 negara mengimpor pupuk.
"Anda dapat membayangkan betapa besar dampak ini, bahkan hanya di benua Afrika. Saya harap kita tidak mengalami krisis pangan yang sangat parah selama beberapa tahun ke depan," ucapnya.
Dia mengatakan, biji-bijian tidak dapat diekspor dari daerah tersebut saat ini, sementara akan ada panen yang akan datang pada Juli mendatang.
"Dengan jumlah yang sama yang akan terbuang, sehingga Anda dapat melihat ini akan berhasil untuk tahun berikutnya atau itu akan menjadi bencana besar bagi bagian dunia tertentu," ucapnya.
Okonjo-Iweala menambahkan, kemacetan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi Covid dan kekurangan tenaga kerja memperburuk masalah ini. Selain itu, dia meminta para pemimpin untuk melonggarkan pembatasan ekspor bahan makanan, yang dapat memperburuk lonjakan harga pangan.
Editor: Jujuk Ernawati