Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

Lapooran tersebut menunjukan bahwa utang rumah tangga di China telah meningkat dua kali lipat dari 29,6% Produk Domestik Bruto (PDB) 16 triliun Yuan pada tahun 2012 menjadi 44,3% dari PDB 33 triliun Yuan. Pinjaman hipotek untuk membeli properti merupakan pendorong terbesar pertumbuhan utang rumah tangga tersebut, kata Liu.

Harga properti, terutama di kota-kota besar di China telah meningkat karena pengembalian investasi properti jauh lebih tinggi daripada suku bunga tabungan dan pinjaman.

Presiden China Xi Jinping pun mengatakan, properti untuk rumah tinggal bukan untuk ajang berspekulasi bisnis. Namun para analis berharap pemerintah China melonggarkan pembatasan properti dalam 12 bulan ke depan.

Untuk mencegah ajang spekulasi itu, pemerintah China setempat telah menerapkan kebijakan dengan membatasi jumlah unit apartemen yang dapat dimiliki seseorang dan seberapa cepat melakukan jual kembali.

IMF menunjukkan dalam Laporan Stabilitas Keuangan Globalnya awal bulan ini bahwa aset sektor perbankan China sekarang adalah 310% dari PDB, naik dari 240% pada akhir tahun 2012 dan hampir tiga kali rata-rata pasar yang sedang berkembang.

"Utang di China adalah risiko nomor satu di seluruh dunia," kata Paul Christopher, kepala strategi pasar global di Wells Fargo Investment Institute.

Tapi bukannya mengkhawatirkan gangguan keuangan dari China, "Saya akan lebih khawatir tentang prospek melambatnya permintaan China," ujar Paul.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut