Bank Dunia Berikan Utang Rp2 Triliun kepada Indonesia untuk Proyek Geotermal
JAKARTA, iNews.id - Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyetujui pemberian utang senilai 150 juta dolar AS, setara Rp2 triliun untuk Indonesia. Utang tersebut akan digunakan untuk pengembangan proyek panas bumi (geotermal), terutama untuk eksplorasi.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chavez mengatakan, utang ini menjadi solusi pendanaan untuk pengeboran eksplorasi yang selama ini menjadi hambatan utama pengembangan geotermal di Indonesia.
"Dengan mengatasi rintangan ini, Indonesia akan memanfaatkan sepenuhnya potensi panas bumi yang besar di negara ini," kata Rodrigo, Sabtu (28/9/2019).
Utang ini, kata Rodrigo, adalah bentuk komitmen Bank Dunia agar seluruh masyarakat bisa memperoleh akses listrik. Utang tersebut diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM FX Sutijastoto mengatakan, proyek geotermal merupakan investasi berisiko, terutama pada tahap eksplorasi. Apalagi, tidak ada satupun lembaga keuangan yang bersedia memberikan pendanaan untuk tahap awal ini.
Biaya pengeboran eksplorasi geotermal sebenarnya lebih kecil dibandingkan pengembangan tenaga panas bumi. Namun, risikonya sangat tinggi karena biayanya berpotensi tidak kembali kalau sumber daya energi yang ditemukan tidak layak secara ekonomi.
"Sebagai sumber energi yang bersih dan terbarukan, panas bumi bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada batu bara dan bahan bakar fosil lain," kata Sutijastoto.
Utang dari Bank Dunia ini akan masuk dalam skema proyek Geothermal Resource Risk Mitigation (GREM). Utang ini memiliki jatuh tempo 10,5 tahun dengan grace period hingga 10 tahun.
Sepaket dengan utang, Bank Dunia juga memberikan hibah senilai 127,5 juta dolar AS dari Green Climate Fund dan Clean Technology Fund.
Editor: Rahmat Fiansyah