Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : IHSG Hari Ini Ditutup Terkoreksi Tipis ke 8.391, DSSA-HDFA Pimpin Top Losers
Advertisement . Scroll to see content

IHSG Diprediksi Hadapi Volatilitas di Semester I 2023, Ini Penyebabnya

Senin, 09 Januari 2023 - 11:41:00 WIB
IHSG Diprediksi Hadapi Volatilitas di Semester I 2023, Ini Penyebabnya
IHSG diprediksi akan menghadapi volatilitas yang tinggi di 2023, khususnya selama semester I. (Foto: Dok. MPI)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan menghadapi volatilitas yang tinggi di 2023, khususnya selama semester I. Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya mengatakan, meski begitu IHSG di penghujung tahun ini akan positif dengan target indeks 7.450.

"Volatilitas IHSG akan disebabkan pelemahan mata uang Rupiah dan kekhawatiran akan resesi global yang masih akan menghantui di kuartal pertama 2023," ujar Andrey dalam keterangannya, Senin (9/1/2023).

Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi menyampaikan, investor wajib memantau faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas pasar, seperti ekspektasi pelambatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1 persen year on year (yoy) di 2023, potensi penurunan harga komoditas global khususnya harga batu bara, kenaikan inflasi yang mencapai 4,5 persen didorong oleh kenaikan harga BBM, dan kenaikan suku bunga The Fed menjadi 5,00-5,25 persen di 2023 yang dapat melanjutkan derasnya dana asing yang keluar yang akan menambah tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

"Kami optimis IHSG dapat menguat di semester kedua 2023 seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi makro yang disebabkan oleh pulihnya tingkat konsumsi dan kenaikan upah minimum, serta pertumbuhan sektor perbankan, komoditas metal, dan konsumer," ucap Michael.

Dia menambahkan, Perbankan tetap menjadi sektor terfavorit dan pihaknya memperkirakan sektor tersebut akan memiliki pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari sektor lainnya, karena pertumbuhan kredit yang sehat dari segmen modal kerja, konsumer, dan investasi. 

"Kenaikan marjin bunga bersih mungkin tidak secepat tahun lalu, namun kami memperkirakan kualitas aset akan membaik seiring dengan penurunan kredit berisiko dan kredit macet, serta biaya kredit yang akan mengalami penurunan seiring dengan rasio cakupan Loan at Risk (LAR) yang mencukupi," tuturnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut