Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : IHSG Hari Ini Ditutup Kembali Menguat ke 8.419, Nilai Transaksi Tembus Rp19,39 Triliun
Advertisement . Scroll to see content

Rupiah Melemah, Ini Dampaknya terhadap Saham Sektor Konsumer

Senin, 10 September 2018 - 14:41:00 WIB
Rupiah Melemah, Ini Dampaknya terhadap Saham Sektor Konsumer
Ilustrasi. (Foto: iNews.id/Yudistiro Pranoto)
Advertisement . Scroll to see content

"Ada tiga hal mendasar yang bisa kita lihat untuk melihat fleksibilitas perusahaan dalam menyesuaikan harga barang yakni apakah barang tersebut adalah bahan kebutuhan utama, tingkat persaingan dan tersedianya barang penganti atau substitute goods di pasar dan yang terakhir bagaimana tingkat harganya barang itu sendiri,” kata Analis Bahana Sekuritas Deidy Wijaya dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/9/2018).

Dengan melihat lima faktor kunci ini dan berkaca pada depresiasi rupiah di masa lalu yang cukup dalam yakni pada 2013 dan 2015, anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini menilai, perusahaan sektor konsumer adalah perusahaan yang cukup tahan uji terhadap pelemahan rupiah. Apalagi bila nilai tukar melemah secara gradual sehingga perusahaan memiliki waktu untuk melakukan penyesuaian harga secara perlahan. Meski tak dimungkiri ada beberapa perusahaan konsumer yang mengalami tekanan. 

Dalam riset tersebut anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menilai, PT Gudang Garam (GGRM) Tbk, PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk dan PT Mayora Indah Tbk adalah tiga perusahaan yang paling resilient terhadap pelemahan rupiah. Pasalnya, GGRM dan HMSP memiliki bahan baku mayoritas dari dalam negeri, hanya sebagian tembakau yang diimpor.

Sementara itu beban perusahaan yang paling besar adalah pembayaran cukai sehingga meskipun nilai tukar rupiah melemah, kinerja kedua perusahaan rokok ini tidak terlalu terpengaruh. Demikian juga halnya dengan MYOR, meskipun sebagian besar bahan baku terpengaruh dengan depresiasi rupiah, namun perusahaan makanan ini juga memiliki penjualan ekspor. Dengan begitu, beban biaya dalam dolar AS yang dikeluarkan bisa di-offset lewat pendapatan dolar yang dihasilkan.

“Masyarakat akan lebih mementingkan kebutuhan untuk rokok dan makanan dibanding barang lain yang lebih bersifat diskresioner, inilah satu faktor yang menguntungkan bagi GGRM, HMSP dan MYOR,” ujar Deidy.

Sementara itu, tiga perusahaan yang lebih sensitif terhadap pelemahan rupiah adalah PT Erajaya Swasembada (ERAA) Tbk, PT Mitra Adiperkasa (MAPI) Tbk  dan PT Ace Hardware (ACES) Tbk. Masalah yang dihadapi ketiga perusahaan ini hampir sama, kurang diuntungkan saat nilai tukar terdepreasiasi. Sebab, porsi impor yang cukup besar ditambah perusahaan tidak memiliki banyak ruang untuk memotong opex.

Ditambah lagi, kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga cukup terbatas, sehingga akan berpengaruh terhadap permintaan (jika harga dinaikkan terlalu tinggi) atau margin perusahaan bila rupiah terus terdepresiasi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut