Rupiah Sepekan Melemah 1,38 Persen ke Rp16.601 per Dolar AS, Terendah sejak Mei
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 1,38 persen sepanjang pekan ini. Penurunan ini mencapai level terendah sejak Mei 2025.
Mengutip data Bloomberg, Minggu (21/9/2025), rupiah ditutup di level Rp16.601 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan. Angka ini terkoreksi 0,45 persen dari penutupan hari sebelumnya di Rp16.527.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), JISDOR, rupiah juga tertekan, ditutup di Rp16.578, turun 0,48 persen dari hari sebelumnya dan 1,14 persen dalam sepekan.
Berdasarkan data BI, rupiah mengawali perdagangan Jumat (19/9/2025) dengan pelemahan, dibuka pada level Rp16.550 per dolar AS. Angka ini menunjukkan rupiah melemah dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp16.500 per dolar AS, meskipun indeks dolar AS (DXY) sendiri melemah ke level 97,35.
Pelemahan rupiah pada data BI tersebut mencerminkan sentimen negatif pasar yang terus berlanjut terhadap mata uang domestik.
Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen eksternal dan domestik.
Secara eksternal, pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang tidak mendukung pemotongan suku bunga agresif sebesar 50 bps dan menekankan keputusan berdasarkan data, memberikan tekanan pada mata uang.
"Powell juga menyatakan bahwa setiap keputusan The Fed akan bergantung pada data, bukan atas tekanan dari pihak lain," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Selain itu, data ekonomi AS menunjukkan klaim pengangguran awal mingguan turun di bawah ekspektasi, menandakan ketahanan pasar tenaga kerja yang dapat memengaruhi kebijakan The Fed.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyoroti ketidakpastian ekonomi global akibat perang tarif AS yang menyebabkan perlambatan di banyak negara. Pelemahan daya beli masyarakat dan peningkatan pengangguran menjadi kekhawatiran utama.
Ibrahim juga khawatir bahwa gebrakan Menteri Keuangan untuk menyalurkan dana Rp200 triliun ke perbankan akan gagal mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, pengusaha masih ragu untuk mengambil kredit, dan perbankan juga berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman ke sektor riil.
"Sepanjang isu permintaan (kredit) tidak dicarikan solusi, dunia usaha tidak akan ekspansif. Sehingga menggelontorkan likuiditas perbankan sebesar itu, tidak bisa membantu," ucap Ibrahim.
Berdasarkan analisisnya, Ibrahim memprediksi bahwa rupiah akan tetap fluktuatif dan berpotensi melemah pada perdagangan selanjutnya, diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp16.600-Rp16.660 per dolar AS.
Editor: Aditya Pratama