Uang Virtual China Siap Menantang Dominasi Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Pemerintah China telah memulai program percontohan mata uang virtual pada April lalu, dan akan diperluas di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Terobosan tersebut diyakini dapat mengubah keseimbangan ekonomi global, bahkan menekan dominasi dolar AS.
Yuan virtual tersebut berpotensi bersaing dengan dua raksasa teknologi paling sukses di China, Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd., yang masing-masing mendukung Alipay dan WeChat. Orang-orang di China sudah tak asing dengan dua alat pembayaran digital tersebut. Sebab, lebih dari 80 persen pengguna smartphone di China rutin bertransaksi secara online, peringkat tingkat tertinggi di dunia, menurut perusahaan jasa keuangan terkemuka UBS Group AG.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/6/2020), meski masih belum jelas apakah Yuan virtual akan diizinkan bergerak melintasi batas negara, namun diyakini akan memiliki daya tarik yang besar untuk dapat digunakan sebagai metode pembayaran internasional yang aman dengan transfer instan.
"Sangat mungkin untuk negara-negara lain mengadopsi kerangka kerja China ini, dan kemudian terobosan uang virtual ini akan berubah menjadi efek jaringan yang lebih kuat, ini adalah skenario terbaik untuk China," ujar Matthew Graham, kepala eksekutif Sino Global Capital, konsultan di balik penggunaan cryptocurrency seperti Bitcoin.
Masih butuh waktu bertahun-tahun untuk peluncuran nasional Yuan virtual. Namun, langkah China telah memicu ancaman baru terhadap dominasi dolar AS di dunia. Aditi Kumar dan Eric Rosenbach ekonom dari Harvard Kennedy School, berpendapat bahwa versi digital Yuan pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan China menjadi negara adikuasa keuangan global.
Mereka menilai, versi digital renminbi, sebagaimana mata uang China secara resmi dikenal, dapat digunakan beberapa negara Asia untuk membeli minyak mentah dari Iran. Sebab pembatasan yang diberlakukan oleh AS mempersulit Iran untuk menerima pembayaran dalam dolar AS.
Hal itu akan memungkinkan Iran dan negara lainnya lebih mudah menghindari pembatasan AS, bahkan memindahkan uang tanpa terdeteksi oleh pemerintah AS. Jika suatu hari dimungkinkan untuk mentransfer mata uang digital lintas batas tanpa melalui sistem pembayaran internasional berbasis dolar.
Pada saat yang sama, China akan dengan mudah melakukan kontrol terhadap peredaran uang virtualnya, yang bertujuan untuk mencegah orang memindahkan kekayaan dalam jumlah besar ke luar negeri. Pengawasan itu diperketat secara signifikan setelah devaluasi nilai tukar yang berantakan pada tahun 2015.
Saat ini, pembayaran menggunakan aplikasi seluler mewakili 16 persen dari produk domestik bruto di China, sedangkan di AS dan Inggris kurang dari 1 persen. Begitu peluncuran Yuan virtual dimulai, segala sesuatunya dapat bergerak dengan cepat.
Editor: Ranto Rajagukguk