Bank Sentral Nepal Naikkan Suku Bunga untuk Tahan Inflasi dan Ancaman Penurunan Cadangan Devisa
KATHMANDU, iNews.id - Bank Sentral Nepal (Bank Rastra Nepal) menaikkan suku bunga acuannya menjadi 8,5 persen dari sebelumnya 7 persen. Hal ini bagian dari upaya untuk menahan laju inflasi yang menyentuh level tertinggi dalam enam tahun dan mewaspadai tekanan pada penurunan cadangan devisa.
"Ada tekanan pada harga domestik. Suku bunga bank dinaikkan untuk menjaga stabilitas ekonomi mengingat tekanan pada harga dan cadangan devisa," ujar Gubernur Bank Rastra Nepal, Maha Prasad Adhikari dikutip dari Reuters, Senin (25/7/2022).
Sebelumnya, Bank Sentral Nepal telah meningkatkan suku bunga dari 5 persen pada Februari lalu. Inflasi ritel tahunan meningkat menjadi 8,56 persen untuk bulan yang berakhir pertengahan Juni, didorong oleh lonjakan biaya makanan dan bahan bakar di tengah tekanan pada mata uang negara.
Cadangan devisa telah menurun mendekati 9 miliar dolar AS, hampir tidak cukup untuk menutupi impor selama sekitar 6 bulan dari mendekati 12 miliar dolar AS setahun sebelumnya.
Adhikari memperingatkan bahwa depresiasi rupee Nepal terhadap dolar AS telah menambah tekanan inflasi yang juga didorong lonjakan global minyak mentah dan harga komoditas lainnya setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari.
Rupee telah terdepresiasi sebesar 6,64 persen terhadap dolar dalam 12 bulan hingga pertengahan Juli. Ini membuat impor produk minyak bumi, pupuk, dan bahan makanan menjadi lebih mahal.
Sementara, utang luar negeri Nepal meningkat lebih dari dua kali lipat dari 3,8 miliar dolar AS pada 2012 menjadi 7,77 miliar dolar AS pada 2022.
Pemerintah sebelumnya telah menetapkan target inflasi sebesar 7 persen untuk tahun fiskal, sementara menargetkan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 8 persen.
Kenaikan itu juga dapat memperlambat kegiatan ekonomi setelah dua tahun pandemi.
"Menaikkan suku bunga bank akan berdampak negatif pada industri karena bunga pinjaman akan naik," ucap mantan presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri Nepal, Pashupati Murarka.
Negara dengan jumlah penduduk 29 juta orang ini sebelumnya telah memperpanjang larangan impor barang mewah hingga akhir Agustus. Hal ini bertujuan untuk mengekang arus keluar modal menyusul penurunan cadangan devisa.
Editor: Aditya Pratama