Dirut Pelindo IV Ungkap Pentingnya Ekspor Langsung dari Indonesia Timur
Dia mencontohkan saat melakukan ekspor ke China selama 24 hari melalui Surabaya dan Jakarta. Bahkan, statusnya berubah dari domestik beralih menjadi ekspor di Surabaya-Jakarta.
"Sehingga kalau waktunya bisa lebih dari 20 hari, padahal kemampuan pendingin kontainer itu hanya 20 hari, pada saat lebih dari 20 hari maka yang terjadi kualitas grade ekspor A akan turun menjadi grade B atau C. Berarti nilai ekspor yang sudah dibawa barang mentah yang terjadi di sana di-reject kemudian turun harganya. Apabila harganya turun, seorang eksportir akan mendapat harga murah juga dari importir yang ada di China atau Jepang," ucap Farid.
Manfaat kedua akan memangkas waktu dan biaya. Pasalnya biaya per kontainer 200 box port to port per kontainer.
"Yang paling penting adalah L/C (Letter of Credit), kalau ekspor selama ini lewat Surabaya-Jakarta L/Cnya diterbitkan 40 hari, L/C baru on board di Surabaya dan Jakarta baru L/C terbit. Seorang eksportir baru bisa dapat modal balik setelah L/C terbit, masuk ke bank, tapi ini 30 hari kita ubah jadi 2 hari, karena permohonan langsung dari Makassar," kata dia.
Farid juga menyebut bahwa pelabuhan di Makassar telah memiliki pelayanan satu atap termasuk surat edaran dari Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah yang berisikan apabila eksportir yang tidak taat akan dicabut izinnya.
"Nah pelayanan satu atap kita keluarkan surat asli barang. Kami bikin tiga aplikasi semuanya CCO dikeluarkan oleh kita dengan Bea Cukai, Karantina, sama agen setempat, sudah jalan di Pelabuhan Makassar, nanti akan jalankan di 21 pelabuhan yang memang punya terminal peti kemas," ujar Farid.
Editor: Ranto Rajagukguk