IMF Proyeksi Ekonomi RI Tahun Ini Berpotensi Tumbuh 5 Persen
JAKARTA, iNews.id - Dana Moneter Internasional (IMF)memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5 persen pada tahun ini. Selain itu, inflasi prediksi akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia (BI), yakni 3±1 persen pada semester II 2023.
Dalam laporan IMF baru-baru ini menyebutkan, perekonomian Indonesia pada 2022 menunjukkan kinerja yang kuat, yakni tumbuh 5,3 persen. Hal itu didorong pemulihan permintaan domestik dan kinerja ekspor yang solid di tengah tingginya harga komoditas internasional.
“Pertumbuhan diproyeksikan sedikit moderat menjadi 5 persen pada tahun 2023, mengingat pengaturan kebijakan yang lebih ketat dan normalisasi harga komoditas,” tulis IMF dalam laporan IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia, dikutip Senin (26/6/2023).
Selain itu, neraca transaksi yang didukung oleh tingginya harga komoditas berjalan mencapai 1 persen dari PDB pada 2022, dan diproyeksikan akan menjadi defisit kecil pada tahun ini. Risiko secara umum seimbang dalam jangka pendek, tetapi lingkungan ekonomi global yang sangat tidak pasti terus mengaburkan prospek tersebut.
Meski demikian, ada beberapa catatan penting dari IMF terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. IMF mencatat ekonomi Indonesia berkinerja kuat, tekanan inflasi sedang, dan kebijakan ekonomi makro telah dikembalikan dengan tepat ke pengaturan prapandemi. Prospek tetap menguntungkan, dan risiko secara umum seimbang, tetapi dengan ketidakpastian yang cukup besar terkait dengan lingkungan eksternal.
IMF mencatat, kebijakan moneter telah diperketat dengan tepat untuk menjaga stabilitas harga, namun menekankan perlunya kebijakan moneter untuk bertindak tegas jika inflasi mengalami peningkatan. IMF juga menyambut baik berakhirnya pembelian obligasi pemerintah oleh Bank Indonesia di pasar perdana bank sentral sesuai jadwal.
IMF menyatakan, pengawasan intensif terhadap sektor keuangan tetap penting untuk dilakukan dalam mengatasi kerentanan terkait suku bunga yang lebih tinggi dan hubungan antarbank berdaulat. IMF sepakat langkah-langkah bantuan peraturan terkait krisis tidak boleh diperpanjang ketika berakhir pada Maret 2024 untuk mengurangi risiko, termasuk risiko pengakuan kerugian yang tertunda.
IMF pun mengamati bahwa Indonesia memiliki ruang kebijakan yang luas untuk menanggapi guncangan yang merugikan. Menurut IMF, nilai tukar harus memainkan peran penyerap guncangan, dengan catatan penggunaan intervensi valuta asing mungkin tepat untuk guncangan dan keadaan tertentu.
IMF juga mencatat strategi diversifikasi Indonesia berfokus pada kegiatan hilir dari komoditas mentahnya, seperti nikel. IMF menyambut baik ambisi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dalam ekspor, menarik investasi asing langsung, dan memfasilitasi alih keterampilan dan teknologi, dan mencatat bahwa kebijakan harus diinformasikan melalui analisis biaya-manfaat lebih lanjut, dan dirancang untuk meminimalkan luapan lintas batas.
Namun, dalam konteks itu, para direktur IMF mengimbau untuk mempertimbangkan penghapusan pembatasan ekspor secara bertahap dan tidak memperluas pembatasan pada komoditas lain.
Terakhir, IMF menyambut baik langkah yang diambil Indonesia untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan deforestasi. IMF mencatat bahwa reformasi subsidi energi dan penetapan harga karbon sangat penting untuk memfasilitasi transisi hijau, tetapi juga sepakat bahwa transisi perlu dikelola dengan hati-hati dan memobilisasi pembiayaan swasta sangat penting.
Editor: Jujuk Ernawati