Menko Airlangga: Inflasi Agustus Terkendali Seiring Meningkatnya Permintaan Manufaktur
JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan inflasi Agustus tetap terkendali di tengah mulai meningkatnya permintaan di sektor manufaktur.
Inflasi Agustus tercatat sebesar 0,03 persen (month to month/mtm) atau 1,59 persen (year on year/yoy). Inflasi ini utamanya disumbang oleh komponen inflasi inti dengan andil sebesar 0,14 persen. Perkembangan inflasi inti ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan Juli 2021 sebesar 0,07 persen (mtm) menjadi 0,21 persen (mtm) pada Agustus 2021.
Peningkatan inflasi inti terutama didorong dari kelompok Pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 1,20 persen (mtm), sejalan dengan momentum dimulainya tahun ajaran baru 2021/2022.
“Inflasi inti yang masih tetap meningkat pada Agustus 2021 merupakan suatu hal yang positif. Meskipun ini tetap perlu menjadi perhatian, melihat permintaan domestik yang belum kuat sepenuhnya,” kata Airlangga di Jakarta, Rabu (1/9/2021).
Komponen Harga Diatur Pemerintah (Administered Prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,02 persen (mtm) atau 0,65 persen (yoy). Namun, ini tidak memberikan andil terhadap inflasi Agustus. Andil inflasi Rokok Kretek sebesar 0,01 persen telah di-offset oleh deflasi tarif angkutan udara dengan andil sebesar -0,01 persen karena pembatasan aktivitas masyarakat.
Sementara itu, komponen harga bergejolak (volatile food/VF) mengalami deflasi sebesar -0,64 persen (mtm), dan 3,80 persen (yoy). Komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi yakni cabai rawit (-0,05 persen), daging ayam ras dan cabai merah (andil masing-masing sebesar -0,04 persen), bayam, buncis, kacang panjang, kangkung, dan sawi hijau (andil masing-masing sebesar -0,01 persen).
Sedangkan komoditas VF yang masih mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi yakni minyak goreng (0,02 persen); tomat, ikan segar, dan pepaya (andil masing-masing sebesar 0,01 persen).
“Realisasi inflasi VF secara tahunan masih sesuai dengan target yang telah disepakati pada High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat pada 11 Februari 2021 lalu, yakni sebesar 3-5 persen (yoy). Ke depan, pasokan yang memadai dan kelancaran distribusi di tengah pembatasan
aktivitas masyarakat akan terus dijaga melalui sinergi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia serta seluruh stakeholders untuk mendukung pencapaian inflasi tahun 2021,” tutur Airlangga.
Lebih lanjut dia menambahkan, inflasi yang terkendali ini dibarengi dengan demand yang mulai meningkat yang tercermin dari PMI pada Agustus juga meningkat. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 berada pada level 43,7. Level tersebut menunjukkan adanya kenaikan performa sektor manufaktur dari bulan sebelumnya yang berada pada level 40,1.
Level PMI Indonesia juga lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN, seperti Myanmar (36,5), Vietnam (40,2), dan Malaysia (43,4). Level PMI Indonesia yang membaik menunjukkan adanya potensi peningkatan permintaan yang diiringi dengan naiknya kapasitas output dan penyerapan tenaga kerja.
Membaiknya level PMI Agustus 2021 sejalan dengan meningkatnya efektivitas PPKM sehingga situasi Covid-19 terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Kondisi ini mengangkat ekspektasi perusahaan manufaktur tentang perkiraan produksi dalam 12 bulan ke depan mampu mencapai
level yang optimis.
Selain itu, berbagai program pengendalian Covid-19 dan pemulihan ekonomi yang terus dilakukan oleh pemerintah diharapkan mampu mendorong tingkat permintaan ke level yang lebih baik dan menjadi insentif dalam mengakselerasi output di sektor manufaktur.
Editor: Jujuk Ernawati