Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Identitas 3 Astronaut China yang Terdampar di Luar Angkasa Terungkap!
Advertisement . Scroll to see content

Perang Dagang AS-China, Menteri Susi: Momentum bagi Industri Perikanan

Kamis, 29 November 2018 - 21:33:00 WIB
Perang Dagang AS-China, Menteri Susi: Momentum bagi Industri Perikanan
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. (Foto: iNews.id/Rully Ramli)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengatakan, Indonesia harus bersiap-siap menghadapi dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Namun, dia optimistis perang dagang merupakan kesempatan untuk meningkatkan industri perikanan, khususnya budi daya ikan.

"Saya berharap seluruh pelaku bisnis perikanan Indonesia, mengambil momentum ini untuk lari, lompat, genjot ekspor," kata Susi dalam acara Tansform Aquaculture Business into Industy 4.0, di JIExpo Kemayoran, Kamis (29/11/2018).

Dengan adanya perang dagang, AS akan memberikan tarif impor yang tinggi kepada China untuk melindungi produknya. Hal ini yang kemudian membuat AS mencari pasar baru, mengingat sampai dengan tahun lalu China merupakan salah satu importir terbesar untuk AS.

Susi mengingatkan para pelaku industri ikan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Pasalnya, pada 2001-2004, Indonesia sempat gagal memanfaatkan momentum untuk meningkatkan industri perikanannya. Padahal pada tahun-tahun tersebut, AS memberlakukan kebijakan anti-dumping kepada China, Vietnam dan Thailand.

"Jangan ulangi kejadian di 2001-2004, di mana Amerika menempatkan anti-dumping ke China, Thailand, dan Vietnam, budi daya ikan Indonesia tidak berkembang," kata Susi.

Kebijakan AS pada saat itu seharusnya dapat dimaksimalkan oleh Indonesia. Pasalnya, dengan adanya anti-dumping, AS memberlakukan tarif impor kepada China sebesar 120 persen, dan ke pasar negara-negara lainnya sebesar 60 persen, sementara Indonesia hanya diberikan tarif di kisaran 12 persen.

Akan tetapi, ia mengatakan, saat itu Indonesia justru melakukan kesalahan, dengan mengekspor produk-produk ikan yang berasal dari China. "Ekspor memang meningkat tajam sekali. Tapi, barang-barangnya dari China dan Thailand, lalu dinamakan produk Indonesia," kata Susi.

Pada saat itu, Indonesia sempat kehilangan kepercayaan dari AS. Susi mengatakan, kala itu AS sempat curiga dengan prodak yang dimiliki oleh Indonesia, bahkan sempat ingin diembargo.

Karena itu, hal tersebut tidak bisa lagi dilakukan sekarang. Pasalnya, saat ini ikan sudah bisa dicek dari mana negara asalnya, dengan teknologi tes DNA yang dimiliki oleh AS. Oleh karenanya, Indonesia perlu meningkatkan industri budi daya ikan, yang saat ini sedang tumbuh dengan pesat.

Data yang dikeluarkan Direktorat Perikanan Budidaya KKP menunjukkan, produksi perikanan budi daya hingga triwulan III-2018 mencapai angka 13,16 juta ton, naik 4,36 persen dibandingkan periode yang sama pada 2017.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut