Soal Smelter Freeport, Kementerian ESDM Pilih Lokasi di Gresik
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera memutuskan lokasi yang tepat bagi PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk membangun pabrik pengolahan dan permunian (smelter). Ada dua opsi yang mengemuka dalam rencana tersebut, di antaranya di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan Gresik, Jawa Timur.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan, keputusan soal lokasi pembangunan akan diumumkan dalam waktu dekat. Pasalnya, pembangunan smelter sudah tidak bisa ditunda lagi.
"Dalam waktu dekat akan putuskan, tidak bisa lama-lama lagi. Gresik atau apa," ujarnya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Dia melanjutkan, di antara kedua opsi tersebut pihaknya lebih cenderung memilih lokasi Gresik, Jawa Timur. Salah satu alasannya karena kawasan tersebut merupakan Java Integreted Industrial and Ports Estate (JIIPE).
"Saat ini lebih cenderung ke Gresik. Kawasan JIPE. Progresnya masih on track, sesuai dengan sebelumnya belum bisa lakukan fisik, baru rekayasa desain, kalau sudah nemukan tempat lebih cepat lagi," kata dia.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) (Persero) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengatakan, saat ini lokasi pembangunan smelter PTFI masih menjadi ajang perdebatan. Namun, ia mengakui Gresik merupakan wilayah yang paling benefit mengingat wilayan ini merupakan kawasan industri.
"Smelter copper hasilkan dua limbah utama asam sulfat dan sleg. Di Gresik sudah bikin smelter copper. Kalau di Gresik ada dua keuntungan karena ada industri yang mau tampung dua limbah itu," kata Budi di Financial Center, Jakarta, Senin (4/6/2018).
Smelter tembaga (copper) akan menghasilkan dua limbah utama yaitu limbah asam sulfat dan limbah slag. Asam sulfat ini bisa dimanfaatkan untuk pupuk di mana di Gresik ada PT Petrokimia Gresik yang bisa mengolah limbah tersebut.
Sementara, limbah sleg bisa dimanfaatkan untuk menjadi semen di mana di Gresik terdapat pabrik PT Semen Gresik. Dengan demikian, jika smelter dibangun di Gresik kedua limbah tersebut bisa dimanfaatkan oleh tetangga-tetangganya.
Benefit lainnya, Gresik termasuk dalam wilayah Jawa Timur yang pasokan listriknya surplus 1.688 megawatt (MW). Surplus ini mengacu dari daya mampu harian Jawa Timur sebesar 8.875 MW dengan beban puncak harian Jatim sebesar 5.202 MW, dan 1.972 MW disalurkan ke daerah Jawa Tengah dan Bali.
Oleh karenanya, smelter yang membutuhkan power tinggi untuk mengolah tembaga tersebut tidak perlu khawatir akan tenaga penggeraknya. "Copper smelter butuh power banyak kalau di Gresik aman. Kalau di Nusa Tenggara punya gas, kalau di Papua banyak opsi sih ada gas dan hidro," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk