Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : PLN dan Kementerian ESDM Salurkan BPBL bagi Ratusan Keluarga Prasejahtera di Minahasa
Advertisement . Scroll to see content

Tahun Ini, Produksi Konsentrat Freeport Akan Turun Jadi 1,2 Juta Ton

Rabu, 09 Januari 2019 - 20:27:00 WIB
Tahun Ini, Produksi Konsentrat Freeport Akan Turun Jadi 1,2 Juta Ton
Ilustrasi. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, pada tahun ini produksi konsentrat PT Freeport Indonesia (PTFI) akan mengalami penurunan. Pasalnya, ada peralihan dari tambang terbuka Grasberg yang akan habis ke tambang bawah tanah.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktor Jenderal Mineral dan Batubara Yunus Saefulhak mengatakan, pada 2018 produksi bijih sebanyak 270.000 ton per hari menghasilkan 2 juta ton konsentrat per tahun. Namun, 2019 berkurang menjadi menghasilkan 1,2 juta ton konsentrat per tahun.

"2019 itu turun produksi konsentratnya kan. Tadi kan perubahan dari tambang terbuka (open pit) kepada tambang di bawah tanah. Ada proses, ada infrastruktur, ada macam-macam lah bikin menjadi turun 1,2-an juta ton konsentrat," ujarnya di kantornya, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

Pada 2018, dengan jumlah produksi konsentrat sebanyak 2 juta ton, sebanyak 1,2 juta ton untuk diekspor sedangkan 800.000 ton untuk diolah di PT Smelting Gresik di Jawa Timur. Dengan demikian, produksi lebih banyak untuk dijual ke luar negeri.

Sementara, pada 2019, dari produksi 1,2 juta ton sebanyak 1 juta ton diolah di PT Smelting Gresik sedangkan 200.000 ton untuk diekspor. Artinya, produksi lebih banyak untuk diberikan nilai tambah agar harga jualnya lebih tinggi.

"Sejalan itu seperti disampaikan Pak Dirjen Minerba (Bambang Gatot Ariyono) 2020 naik, 2021 naik, sampai puncaknya di 2025," ucapnya.

Dengan penurunan produksi ini otomatis membuat pendapatan dan Ebitda PTFI di tahun ini menurun hampir setengahnya. Dia menyebutkan, pada 2019 Ebitda PTFI sekitar 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) sedangkan tahun sebelumnya mencapai 4 miliar dolar AS.

"Dari prognosa Inalum 4 miliar dolar AS turunnya (mulai 2019) menjadi 1 komaan miliar dolar AS. Ebitdanya turun," kata Dirjen Minerba Bambang Gatot Ariyono pada kesempatan yang sama.

Perlu diketahui, proyeksi pendapatan PTFI pada 2019 hanya 3,14 miliar dolar AS, sedangkan Ebitda untuk sebesar 1,25 miliar dolar AS. Jumlah ini menurun dari pendapatan PTFI pada 2018 sebesar 6,52 miliar dolar AS dan Ebitda sebesar 4 miliar dolar AS.

Sebelum 2022, pendapatan PTFI hanya akan sebesar 3,83 miliar dolar AS dan Ebitda 1,79 miliar dolar AS. Sementara pada 2021, pendapatan diprediksi sebesar 5,12 miliar dolar AS dan Ebitda 2,64 miliar dolar AS

Pada 2022, pendapatan akan kembali menyentuh angka 6,16 miliar dolar AS dan Ebitda 3,62 miliar dolar AS. Setelah itu, dalam beberapa tahun ke depan, pendapatan PTFI diprediksi akan stabil, bahkan bisa menembus di atas 7 miliar dolar AS.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut