Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump dan Xi Jinping bakal Bertemu di Korea Selatan, Ini yang Dibahas
Advertisement . Scroll to see content

Waspada, Resesi Ekonomi Global Bakal Tekan Surplus Perdagangan Indonesia di Semester II 2022

Senin, 13 Juni 2022 - 12:34:00 WIB
Waspada, Resesi Ekonomi Global Bakal Tekan Surplus Perdagangan Indonesia di Semester II 2022
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. (Foto: dok. pri).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Resesi ekonomi global akibat dampak perang Rusia-Ukraina diperkirakan akan menekan surplus perdagangan Indonesia di Semester II 2022. 

Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira, mengatakan Bank Dunia telah memperingatkan ancaman resesi global yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. 

Diperkirakan Ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global tersebut bakal berpengaruh terhadap kinerja ekspor di dalam negeri.

"Surplus perdagangan mungkin lebih rendah karena resesi, apalagi pasar utama di AS dan China sangat penting bagi kinerja ekspor," ujar Bhima kepada MNC Portal, Senin (13/6/2022).

Bhima menjelaskan, adanya resesi berdampak pada tingkat inflasi global. Maka ketika Inflasi meningkat, biaya untuk bisnis pun bakal meningkat. Hal tersebut bakal membuat sebagian besar perusahaan mengurangi produktifitasnya.

"Karena tekanan inflasi membuat permintaan konsumen terganggu, meski ada pelonggaran saat pandemi landai. biaya logistik untuk distribusi bahan baku juga naik, menambah beban biaya produksi," kata Bhima.

Menurut dia, ekspor Indonesia bakal terganggu akibat adanya penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor. Sebab daya beli masyarakatnya pun turun.

"Sepanjang semester II 2022, proyeksi surplus neraca dagang hanya mencapai US$8-10 miliar," ungkap Bhima.

Selain itu, lanjutnya, inflasi yang bersifat kontinu akan meningkatkan risiko percepatan kenaikan suku bunga, beberapa pelaku usaha yang alami kenaikan debt to equity ratio akan berat saat melakukan refinancing utang. 

"Daya beli masyarakat juga bisa melemah dan cenderung saving atau berhemat," ujar Bhima.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut