Sejarah Bioskop di Indonesia, Didirikan Pengusaha Belanda dari Dinding Bambu dan Atap Seng
Sementara itu, seorang pengusaha bernama Schwarz juga mendirikan bioskop di Jalan Kebon Jahe, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun bioskop tersebut hangus terbakar. Kemudian pada 1903, muncul bioskop Jules Francois de Calonne di Deca Park. Pemutaran film pada bioskop ini diputar di lapangan terbuka atau yang biasa disebut 'misbar' alias gerimis bubar.
Selain di Jakarta, daerah lainnya yang sudah mempunyai bioskop adalah Bandung. Bandung pertama kali mempunyai bioskop pada 1905.
Bioskop ini bernama Helios yang terletak di Jalan Braga. Pada 1951, diresmikan bioskop Metropole yang terletak di kawasan Megaria, Jakarta Pusat. Saat itu Metropole dikenal sebagai bioskop termewah dan termegah. Bioskop Metropole dilengkapi dengan 1.700 tempat duduk, memiliki teknologi ventilasi peniup dan penyedot, ruang dansa hingga kolam renang yang berada di lantai paling atas.
Hingga saat ini Metropole menjadi bioskop tertua di Indonesia yang masih beroperasi. Setelah kehadiran Metropole, jumlah bioskop mengalami peningkatan. Sejak 1987, bioskop mempunyai konsep sinepleks. Sinepleks biasanya mempunyai lebih dari satu layar dan berada di pertokoan, pusat perbelanjaan, mal. Pada 2000, bioskop makin banyak di Indonesia.
Pengelola terbesarnya yaitu 21 Cineplex Group dengan membentuk jaringannya, yaitu Cinema 21, Cinema XXI, The Premire serta IMAX. Terdapat juga jaringan bioskop lainnya, yaitu CGV, Cinemaxx, Cinepolis. Pada awal 2020 tercatat lebih dari 2.000 layar bioskop di Indonesia.
Baca pembahasan mengenai Geliat Industri Film selengkapnya di Celebrities.id melalui link berikut https://www.celebrities.id/tag/industri-film
Editor: Dyah Ayu Pamela