Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Polusi di Tangerang Semakin Parah, Warga Keluhkan Sesak Napas dan Asap Berbau Menyengat
Advertisement . Scroll to see content

Fenomena Hujan Debu Hitam di Bekasi Berisiko Sebabkan Kanker jika Lambat Diatasi, Ini Penjelasannya

Senin, 17 November 2025 - 14:43:00 WIB
Fenomena Hujan Debu Hitam di Bekasi Berisiko Sebabkan Kanker jika Lambat Diatasi, Ini Penjelasannya
Ilustrasi hujan debu hitam di Kaliabang, Bekasi, Jawa Barat. (Foto: Ilustrasi AI)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Fenomena hujan debu hitam yang terjadi di Kaliabang, Bekasi, Jawa Barat, mengancam kesehatan warga. Jika tidak ditangani segera, ada risiko kanker yang mengancam nyawa. 

Menurut Dokter Kesehatan Lingkungan dr Dicky Budiman, jika masalah hujan debu hitam yang terjadi di Kaliabang, Bekasi, tidak segera ditangani, kesehatan masyarakat terdampak akan memburuk. Termasuk berisiko kena kanker jika terpapar dalam jangka panjang. 

"Ada risiko berbahaya dari hujan debu hitam seperti yang terjadi di Kaliabang, Bekasi. Bisa efek akut maupun kronis," ungkap dr Dicky Budiman saat dihubungi iNews.id, Senin (17/11/2025).

Bahaya Debu Hitam pada Sistem Pernapasan dan Kulit

Disampaikan dr Dicky, pada efek akut, dampak yang bisa terjadi yaitu iritasi, bronkitis, hingga asma eksaserbasi atau episode gejala asma seperti sesak napas, batuk, dan mengi yang memburuk secara progresif karena saluran napas menjadi sangat meradang dan menyempit. 

Sementara itu, efek kronis dari paparan hujan debu hitam ini yaitu menyebabkan gangguan fungsi paru, masalah kardiovaskuler, bahkan berpotensi karsinogenik atau menyebabkan kanker dalam jangka panjang. 

Kenapa masalah-masalah kesehatan itu bisa terjadi?

Dokter Dicky menerangkan, debu hitam ini kalau berasal dari hasil pembakaran, maka mengandung fraksi halus seperti pm 2,5 dan pm 10, black carbon, hingga kontaminan organik seperti Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). 

"Bahkan, debu hitam ini dapat mengandung logam berat seperti Fe, Nikel, atau timbal dan kadmium. Itu semua tergantung dari sumber pembakarannya," ungkap dr Dicky.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut