Gemar Olahraga Lari, Kenali Cedera yang Sering Terjadi dan Penanganannya!
JAKARTA, iNews.id - Gaya hidup masyarakat usai pandemi Covid-19 mengalami perubahan. Mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga sudah menjadi hal rutin sehari-hari.
Adapun salah satu olahraga populer yang digemari masyarakat adalah lari. Ya, olahraga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Sayangnya, sebagian masyarakat tidak fokus atau kurang berhati-hati dalam melakukannnya, sehingga cedera dapat saja terjadi.
Oleh karena itu penting mengetahui latihan pencegahan cedera olahraga. Tujuannya untuk meminimalisasi cedera pada olahraga.
Spesialis Ortopedi Konsultan Cedera Olahraga RS Primaya Hospital Bekasi Timur, dokter Evan mengatakan, mereka yang suka berolahraga tapi tidak mengetahui kondisi tubuhnya berisiko mengalami cedera. Adapun salah satu cedera yang paling sering dikeluhkan adalah lutut, ligamen, hingga bahu. "Biasanya mereka yang mengeluh cedera umur 13 - 40 tahun. Ini kebanyakan mereka yang suka olahraga kompetitif, ada juga yang lain tapi gak berat cederanya," kata dr Evan melalui keterangannya dikutip Jumat (31/5/2024).
Perlu diketahui, berdasarkan data Sport Development Index (SDI) Tahun 2022, tingkat partisipasi olahraga masyarakat Indonesia sebesar 30,93 persen. Minat masyarakat terhadap olahraga juga tinggi.
Dr Evan mengatakan, banyak pasien yang melakukan treatment olahraga untuk mencegah cedera. Bahkan, Primaya Hospital Bekasi Timur menghadirkan Primaya Sport Clinic and Orthopedic Center, melayani tindakan preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif untuk berbagai kondisi seperti cedera bahu, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Kemudian, tindakan untuk cedera tulang, sendi, ligamen, lutut, cedera tangan dan lengan atas, cedera tulang belakang, cedera sendi panggul, sport injury management, spine management, osteoarthritis pada sendi.
"Sudah dilengkapi dengan teknologi MRI (Magnetic Resonance Imaging) 1,5 Tesla, CT-Scan 128 Slice, Radiologi (Rontgent), Ultrasonografi (USG), R-Force Treadmill Test. Pasien cedera yang datang nanti di-asesmen, kemudian ditentukan apa perlu ronsen atau MRI untuk diketahui perlu tindakan operasi atau tidak," kata dokter Evan yang juga Ketua Primaya Sport Clinic and Orthopedic Center.
Dokter Evan menambahkan, pasien yang gemar olahraga bisa melakukan medical check up performance “fit for sport” yang komprehensif untuk menilai performance pada atlet profesional maupun penggiat olahraga lainnya. "Jadi kami tidak hanya ada tindakan kuratif tapi juga preventif bagi mereka yang suka olahraga," kata dr Evan.
Adapun tindakan kuratif seperti tindakan minimal invasif pada cedera ligamen atau otot-otot (athroscopy), athroplasty atau penggantian sendi, tendon and muscle repair, prosedur operatif dan nonoperatif, tindakan platelet rich plasma atau orthobiologic, rekonstruksi ligamen (ACL, PCL, MCL, LCL, ATFL dan lain-lain), trauma center management (fraktur, dislokasi dan lain-lain), serta BESS – Biportal Endoscopic Spine Surgery.
Sedangkan tindakan rehabilitatif dilakukan dengan teknologi advanced, seperti teknologi robotik untuk menunjang percepatan return to sport atau return to play yaitu Hybrid Assistive Limb (HAL) yang merupakan teknologi pertama di dunia yang dapat membantu, meningkatkan, dan meregenerasi fungsi fisik pemakainya.
"Kami juga memiliki R-Force Treadmill yang berfungsi untuk memperbaiki cara berjalan pasien setelah menjalani operasi," katanya. Adapun fungsinya untuk memperbaiki lutut, alat leg curl untuk melatih otot hamstring atau paha belakang. Kemudian ada alat leg press/calf raise untuk memperkuat otot betis, alat leg extension untuk latihan beban yang sering digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot paha, khususnya otot paha depan.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh bisa menggunakan alat sepeda statis, sehingga tidak mudah lelah. Ada pula treatment muscle release yang lengkap, dan blazepod training, bermanfaat untuk latihan proprioceprif serta melatih kelincahan dan endurance pasien pascacedera.
Sementara itu, Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital Group mengatakan, pascapandemi banyak yang mulai olahraga. Banyak juga yang cedera karena belum tahu kapasitas tubuhnya seperti apa. "Padahal mereka yang suka olahraga perlu tahu kapasitasnya. Misal mau maraton atau olahraga lari, kita perlu tahu mana yang lemah dari tubuh kita. Itu harus dilatih dulu. Makanya, kami tidak hanya tunggu kuratif tapi juga preventif. Harus ada medical checkup dan skrining supaya kita tahu mau olahraga apa," katanya.
Editor: Vien Dimyati