Heboh Pil KB Pria Segera Dijual Bebas, Ini Faktanya!
JAKARTA, iNews.id - Pil KB pria menjadi pembahasan hangat di media sosial saat ini. Banyak netizen terkejut sekaligus tidak percaya ilmuwan bisa menciptakan pil KB untuk pria.
Namun, fakta mengatakan bahwa benar pil KB pria sedang dalam proses penciptaan. Uji klinis tahap 1 telah selesai dilakukan, itu artinya pil KB pria semakin dekat dengan garis finis dan bisa dipergunakan oleh masyarakat dunia.
Menurut laporan Scientific American, pil KB pria diduga tersedia untuk umum pada dua tahun mendatang. Nama pil KB pria ini adalah YCT-529. Seperti apa penjelasan selengkapnya? Berikut ulasannya.
Sebelumnya telah dilakukan upaya pengembangan kontrasepsi pria, namun sebagian besar gagal lolos uji klinis karena efek sampingnya yang tidak dapat diterima.
Pil KB pria bernama YCT-529 diharapkan dapat bekerja secara berbeda dari upaya sebelumnya. Ini berarti kontrasepsi ini tidak memerlukan operasi dan jauh lebih kecil kemungkinannya menyebabkan efek samping hormonal.
YCT-529 adalah pil KB bebas hormon pertama di kelasnya yang akan diminum pria dan merupakan satu-satunya pil KB pria yang sedang diuji coba pada manusia oleh para peneliti. Pil KB ini dikembangkan secara khusus dan mungkin aman untuk manusia.
Dalam uji klinis tahap 1, kontrasepsi oral non-hormonal ini diklaim mampu menghentikan produksi sperma secara reversibel, dinyatakan aman digunakan manusia.
Pil ini bekerja dengan menghambat pengikatan metabolit vitamin A ke reseptor di testis. Tindakan ini mencegah rantai perubahan ekspresi gen yang diperlukan untuk memulai proses produksi sperma. Hasil keamanan dari uji klinis fase 1 dipublikasi di Communications Medicine.
"Uji coba tahap awal ini tidak menilai efikasi pil KB dalam mengurangi jumlah sperma, dan pengembang obatnya yaitu YourChoice Therapeutics, saat ini sedang menjalankan uji coba untuk mengumpulkan data lebih banyak," ungkap laporannya, dikutip Senin (6/10/2025).
Di sisi lain, Stephanie Page, seorang ahli endokrinologi di Fakultas Kedokteran Universitas Washington menilai hasil uji klinis tahap 1 ini merupakan tonggak penting di dunia medis.
"Kami benar-benar membutuhkan lebih banyak metode kontrasepsi yang reversible untuk pria," kata Page.
Uji coba pil KB pria dilakukan terhadap 16 pria sehat berusia 32 hingga 59 tahun, mereka semua sudah menjalani vasektomi.
"Belum pernah ada yang menguji pil kontrasepsi pria non-hormonal dalam uji klinis sebelumnya," kata penulis utama studi Nadja Mannowetz.
Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok pertama, peserta menerima dosis awal 10 mg YCT-529, kemudian dosis kedua 30 mg dua minggu kemudian, atau menerima plasebo setiap kali.
Peserta di kelompok kedua menerima dosis pertama 90 mg, lalu dosis kedua 180 mg dua minggu kemudian, atau selalu menerima plasebo.
"Semua peserta mengonsumsi pil setelah berpuasa. Empat peserta dari setiap kelompok dipilih untuk kembali dan mengonsumsi dosis ketiga 30 mg setelah sarapan tinggi lemak dan kalori untuk melihat apakah makanan dapat memengaruhi tolerabilitas obat," ungkap laporan studi.
"Di berbagai dosis, kami melihat bioavailabilitas yang baik dan cepat, yang berarti obat tersebut tidak cepat terurai di dalam tubuh," kata Mannowetz.
Rata-rata, dibutuhkan dua hingga tiga hari agar kadar obat yang tersedia dalam darah berkurang setengahnya. Ini adalah hasil yang menjanjikan yang menunjukkan bahwa pil tersebut mungkin hanya diperlukan sekali sehari jika nantinya terbukti efektif dalam mengurangi sperma.
Mannowetz memperkirakan bahwa jika obat tersebut akhirnya disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), dosis akhir yang akan tersedia di pasaran kemungkinan akan mendekati dosis yang lebih tinggi yang diuji, yaitu 180 mg, meskipun uji coba lanjutan akan membantu para ilmuwan menentukan dosis optimal yang tepat.
Tim peneliti tidak mencatat adanya efek samping yang merugikan terkait obat tersebut.
"Keuntungan dari obat kontrasepsi non-hormonal adalah, secara teori, kemungkinan efek samping tertentu seperti perubahan fungsi seksual, libido, atau suasana hati lebih kecil," ujar Mannowetz.
Editor: Muhammad Sukardi