Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ternyata Duduk Lama Bisa Saraf Kejepit! dr Tirta Bahas Serius tapi Bikin Ketawa
Advertisement . Scroll to see content

Kelelahan Ekstrem Bisa Mengancam Nyawa? Ini Faktanya

Minggu, 13 Juli 2025 - 15:57:00 WIB
Kelelahan Ekstrem Bisa Mengancam Nyawa? Ini Faktanya
Kelelahan ekstrem bisa mengancam nyawa. (Foto: AI Grok)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Budaya kerja yang menuntut produktivitas tinggi kerap membuat seseorang abai dengan kelelahan ekstrem. Parahnya, kelelahan ekstrem dipercaya dapat mengancam nyawa. Benarkah? 

Menurut laporan Menarini Indonesia, rasa lelah yang perlu diwaspadai adalah lelah dari gejala Myasthenia Gravis atau penyakit autoimun serius. 

Dokter Spesialis Saraf RSCM dr Ahmad Yanuar Safri, Sp.S(K), menerangkan bahwa Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun neuromuskular kronis yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfluktuasi. 

Gejala paling umum dari penyakit autoimun MG adalah kelopak mata turun, penglihatan ganda, suara sengau, dan kesulitan menelan. "Gejala-gejala itu sering kali disalahartikan sebagai kelelahan biasa atau akibat stres," ungkap dr Ahmad Yanuar, Minggu (13/7/2025). 

Ilustrasi kelelahan ekstrem. (Foto: Freepik)
Ilustrasi kelelahan ekstrem. (Foto: Freepik)

Dia menegaskan, keterlambatan diagnosis dapat menurunkan kualitas hidup secara drastis dan meningkatkan risiko komplikasi fatal berupa krisis miastenik atau gagal napas. 

"Jadi, selain dapat menyebabkan kematian, penyakit ini juga menurunkan produktivitas kerja, membatasi aktivitas sosial, dan pada akhirnya menimbulkan dampak ekonomi dan sosial bagi pasien, keluarganya, dan sistem kesehatan," kata dr Ahmad Yanuar. 

Pasien MG, lanjutnya, memerlukan pengobatan yang tepat, konsisten, dan terjangkau agar dapat mempertahankan kualitas hidup yang optimal. Dengan begitu, ketersediaan dan akses pengobatan sangat penting. 

"Jika akses obatnya mudah dan tersedia, pasien MG dapat diobati sampai tuntas dan bisa kembali beraktivitas seperti sebelumnya," ungkap dr Ahmad Yanuar. 

Gejala Kelopak Mata Turun Kerap Diabaikan 

Diskusi penyakit Myasthenia Gravis (MG). (Foto: Istimewa)
Diskusi penyakit Myasthenia Gravis (MG). (Foto: Istimewa)

Lebih lanjut, dijelaskan Dokter Spesialis Saraf dr Zicky Yombana, Sp.S RS Brawijaya Saharjo, banyak orang mengabaikan gejala kelopak mata turun atau suara berubah menjadi sengau secara mendadak. 

Mereka menganggap kondisi yang demikian terjadi hanya karena kelelahan akibat pekerjaan. Padahal, itu gejala yang tidak boleh dianggap ringan. 

"Jika Anda merasakan kelemahan otot yang hilang-timbul, segera berkonsultasi dengan dokter saraf," saran dr Zicky. 

"Ini menjadi kunci untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti krisis miastenik. Dengan segera berkonsultasi juga dapat memungkinkan pasien kembali ke kehidupan yang produktif," tambahnya. 

Kemudian, Idham Hamzah selaku Presiden Direktur Menarini Indonesia, mengatakan bahwa masyarakat perlu tahu mengenai informasi ini. Sebab, deteksi dini dan upaya pencegahan penting diketahui dari sekarang. 

"Jika seseorang sadar akan penyakit MG, mereka yang memiliki gejala penyakit dapat didiagnosis sesegera mungkin dan mendapat terapi yang tepat jika terbukti sakit MG," ungkapnya. 

Sebagai informasi, pasien MG menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi. Data Menarini Indonesia mencatat, tingkat mortalitas pasien MG mencapai 14 persen dalam 5 tahun dan 21 persen dalam 10 tahun setelah gejala muncul. 

Risiko terbesar datang salah satunya dari krisis pernapasan (krisis miastenik) yang membutuhkan perawatan intensif. Ini menegaskan betapa krusialnya kesadaran publik dan diagnosis dini untuk mengelola MG secara efektif dan mencegah komplikasi fatal.  

Editor: Muhammad Sukardi

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut