Kenali Resistansi Antimikroba di ICU, Dampaknya Pasien Sulit Sembuh
JAKARTA, iNews.id - Resistansi antimikroba (AMR) di ICU menjadi isu penting di dunia kesehatan. Sebab, kondisi ini menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang serius, WHO telah memperkirakan akan terjadi 10 juta kematian pada 2050 karena peningkatan kasus AMR.
Perlu diketahui, Antimicrobial Resistance (AMR) adalah kondisi di mana mikroba penyebab infeksi pada tubuh pasien sulit untuk dilawan oleh obat antibiotik, antivirus atau antijamur dan akhirnya menyebabkan pasien sulit sembuh dan perlu dirawat lebih lama.
Nora T. Siagian, Presiden Direktur Pfizer Indonesia mengatakan, peningkatan pemahaman mengenai risiko terjadinya AMR dapat tercapai melalui komunikasi dua arah yang produktif antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarganya. Ketika terdapat keluarga atau kerabat yang harus dirawat di ICU, sering kali keluarga pasien merasa bingung, takut, dan panik. Akibatnya, mereka sangat mengandalkan petugas kesehatan untuk memberikan solusi.
"Komunikasi dua arah diperlukan agar kedua pihak memiliki tingkat pemahaman yang sama tentang kondisi pasien dan berorientasi pada peningkatan kualitas perawatan pasien, termasuk dengan meminimalkan risiko terjadinya AMR di ICU," kata Nora melalui keterangannya belum lama ini.
Perlu diketahui, ICU merupakan salah satu tempat pasien menerima antibiotik sebagai salah satu terapi utama untuk menyembuhkan infeksi. Untuk itu, penggunaan antibiotik secara bijak dan rasional sangat penting untuk dipahami.
"Salah satu upaya untuk mendorong pengobatan yang jitu di ICU adalah dengan menciptakan kesempatan komunikasi yang produktif antara pasien dengan tenaga kesehatan yang bertugas. Namun banyak dari masyarakat yang ragu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan," ujarnya.
Sarwendah, seorang artis dan juga ibu rumah tangga memiliki perhatian khusus pada pola komunikasi yang jelas dan berkesinambungan antara pasien dan dokter. Dia meyakini komunikasi adalah kunci untuk kesembuhan pasien. Hal ini dirasakan langsung saat dia merawat suaminya, Ruben Onsu.
“Ketika suami saya dirawat di ICU, saya berkomunikasi intens dengan dokter untuk mengetahui perkembangannya, serta memahami obat-obatan yang diberikan. Jangan sampai, kita tidak mengetahui perawatan yang diberikan pada anggota keluarga sendiri, terlebih lagi tentang
penggunaan antibiotik,” ujarnya.
“Dokter membantu saya memahami tentang penggunaan antibiotik yang tepat, agar pasien bisa sembuh dan tidak terkena AMR. Pengetahuan tentang AMR sangat penting karena berdampak pada perawatan kesehatan jangka panjang pasien. Saya ingin agar pengalaman saya dapat menjadi inspirasi bagi orang lain untuk memahami dampak AMR dan cara mencegahnya,” kata dia.