Kesepian Dapat Tingkatkan Risiko Kematian karena Jantung?
JAKARTA, iNews.id - Kesehatan fisik dan kondisi emosional manusia sangat berkaitan erat dan terhubung satu sama lain. Perasaan senang, bahagia, hubungan sosial, dan relasi intim dapat memberikan manfaat kesehatan secara signifikan.
Penelitian menyebutkan, kesehatan fisik dan kesehatan mental saling terkait. Jika terganggu salah satunya, maka keduanya bisa ikut terganggu. Inilah yang mendasari gagasan tentang keterkaitan kesepian dengan penyakit kardiovaskular yakni jantung.
Sebuah studi baru yang diterbitkan Senin di jurnal Heart meneliti tentang kondisi manusia ketika ia terisolasi secara sosial dan mengalami kesepian dalam hidupnya.
Penelitian tersebut menunjukkan, orang-orang yang terisolasi secara sosial atau kesepian, lebih mungkin mengalami serangan jantung atau stroke dibandingkan dengan mereka yang memiliki jaringan sosial yang kuat.
Demi penelitian ini, periset mensurvei hampir 480.000 orang dewasa di Inggris tentang kehidupan sosial mereka, kesepian, riwayat medis, dan gaya hidup. Mereka juga mengukur metrik kesehatan, termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, dan kekuatan genggaman. Peserta kemudian dilacak selama sekitar tujuh tahun.
Hasilnya, isolasi sosial dikaitkan dengan risiko 43 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dan risiko 39 persen lebih tinggi untuk stroke. Sementara itu, kesepian dikaitkan dengan risiko 49 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dan risiko 36 persen lebih tinggi untuk stroke.
Namun, usai memperhitungkan faktor biologis, kesehatan dan sosial ekonomi, angka-angkanya jauh sangat berbeda. Isolasi sosial hanya tampak berisiko serangan jantung dan stroke sebesar 7 persen dan 6 persen, sementara kesepian meningkatkan serangan jantung dan risiko stroke sebesar 6 persen dan 4 persen.
"Secara teori, mungkin orang-orang yang merasa kesepian memiliki setidaknya beberapa jejaring sosial yang aktif setelah mereka sakit, tetapi orang-orang yang terisolasi secara sosial tidak memiliki jejaring sosial semacam ini," kata penulis penelitian Christian Hakulinen, seorang profesor psikologi, seperti dilansir dari Time, Rabu (28/3/2018).
Padahal, kata Hakulinen, dukungan sosial bagi penderita atau mereka yang berisiko terkena penyakit jantung dan stroke sangat penting. "Memiliki dukungan sosial dari orang lain atau dari orang-orang yang berada dalam situasi yang sama, baik untuk kesehatan Anda, dan individu yang terisolasi secara sosial atau kesepian mungkin tidak memiliki kemungkinan untuk merasakan dukungan semacam ini," katanya.
Tetapi ia kemudian menjelaskan jika faktor risiko utama dan umum dari stroke dan jantung adalah obesitas, merokok, pendidikan rendah dan penyakit kronis yang sudah ada.
"Penting untuk mempertahankan hubungan yang ada dengan bertemu anggota keluarga atau teman secara tatap muka," ucapnya.
Editor: Tuty Ocktaviany