Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Syarat Donor Mata yang Harus Dipenuhi, Ahli Waris Pendonor Wajib Tahu
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Mila Rahmania Tak Sengaja Jadi Pendonor Mata

Senin, 14 Februari 2022 - 22:12:00 WIB
Kisah Mila Rahmania Tak Sengaja Jadi Pendonor Mata
Ilustrasi Donor Mata. (Foto: Dr. Rupa Wong)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Tak semua orang memiliki rasa empati yang tinggi untuk berbagi dan membantu sesama. Apalagi berpikiran untuk mendonorkan organ tubuh. Namun kisah perempuan bernama Mila Rahmania ini bisa dibilang beruntung, karena dia dianugerahi rasa empati tinggi yang membuatnya tak ragu untuk menjadi pendonor.

Kepada iNews.id, Mila menuturkan kisahnya sebagai seorang pendonor kornea mata. Ya, pendonor kornea mata yang di Indonesia jumlahnya masih begitu sedikit jika dibandingkan kebutuhannya.

Titel sebagai pendonor kornea mata bisa dibilang peristiwa tidak sengaja bagi Mila. Mila mengisahkan dia memang rutin donor darah sejak berusia 17 tahun. Di usianya yang sudah 31 tahun saat ini, berarti sudah 14 tahun Mila reguler menjadi pendonor darah.

Mundur ke tahun 2018, kala itu Mila tertarik ingin menjadi pendonor organ. Tapi niat mulianya ini terbentur prosedural, bahwa di Indonesia donor organ tubuh hanya bisa dilakukan diberikan untuk anggota keluarga.

“Sebenarnya tertarik donor organ kayak ginjal dan sebagainya gitu, tapi setahuku kalau enggak salah hanya bisa dilakukan untuk ke orang yang masih punya hubungan keluarga. Satu-satunya yang bisa donor untuk orang asing aku baru nemu ya kornea mata ini,” ujar Mila saat dihubungi iNews.ir baru-baru ini lewat sambungan telepon.

Sejak 2018, Mila berusaha menggali informasi soal donor mata. Mila tak menampik, saat itu ia cukup kesulitan mendapatkan informasi yang valid. Berselang dua tahun kemudian, ternyata informasi yang ia butuhkan tak sengaja dia dapatkan lewat lini masa media sosial.

“Aku cari-cari tahu, 2018 itu belum terlalu banyak informasinya. Akhirnya baru kesampean di pertengahan 2020. pertengahan, malah tahu dari Twitter. Sampai di timeline aku informasi seseorang kalau dia habis daftar jadi donor kornea mata, kemudian aku langsung ikut daftar,” tuturnya.

Sebelum mendaftar, Mila meminta izin kepada sang suami terlebih dahulu. Sang suami yang sudah mengetahui lama niat Mila yang getol jadi pendonor pun langsung memberi lampu hijau. Di saat yang bersamaan, sang suami mengingatkan kalau Mila harus memberitahukan perihal donor kornea mata ini ke pihak keluarga inti yang lain.

“Suami ngingetin, kalau saya harus informasi ke anggota keluarga lain. Takutnya, suami sudah setuju tapi nanti keluarga inti yang lain kayak orang tua enggak setuju itu kan repot,” kata Mila.

Mila mengatakan, dia dengan gamblang menjelaskan bahwa donor kornea mata dilakukan hanya bisa ketika pendonor sudah meninggal dunia. Maka dari itu, keluarga pendonor harus mengetahui siapa emergency contact yang ditunjuk sang pendonor.

Jika meminta izin kepada sang suami berjalan mulus, sedikit tantangan dihadapi perempuan pemilik brand makanan kimchi satu ini ketika meminta izin kepada sang ibunda. Sang ibu sempat mempertanyakan keputusan Mila mendonorkan kornea matanya dilihat dari segi agama.

“Ibu waktu saya ceritain merasa asing, sempat mikir bukannya meninggal enggak boleh ada organ yang hilang harus lengkap lah istilahnya. Aku ceritain, enggak kok ini MUI sudah kasih fatwa kalau donor korena mata itu diperbolehkan,” kata Mila lagi.

Beruntung orang tua dan sang kakak tak butuh waktu lama untuk diyakinkan oleh Mila. Namun, demi menghindari potensi cekcok antar keluarga dengan keputusannya sebagai pendonor mata. 

Mila mengaku, sang suami yang menyarankan dirinya membuat surat pernyataan resmi secara hukum melalui notaris bahwa suami, orang tua, dan semua kakaknya tidak akan mempemasalahkan ketika dirinya sudah wafat nanti.

“Sampai secara legal lah diurus, soalnya aku pernah diinfoin, kalau nanti sudah meninggal lalu ada anggota keluarga yang enggak ngebolehin, kalau tidak salah jadi enggak bisa dilanjutkan proses pengambilan korneanya. Jadi dari awal biar enggak ada dispute, enggak ga ada cekcok aku sudah info dari jauh-jauh hari,” ujarnya.

Usai mengantungi izin suami dan keluarga, Mila kemudian mendaftarkan diri melalui situs laman resmi Lions Eyes Bank Jakarta yang bernaung di bawah Jakarta Eye Center. Prosesnya disebut Mila tak rumit, hanya melengkapi form online yang tertera pada situs, dikirim lalu menunggu kabar konfirmasi dari pihak Lions Eyes Bank Jakarta untuk dikirimkan stiker hologram identitas sebagai pendonor kornea mata.

Menurutnya, secara teknis proses pendaftaran jadi pendonor kornea mata tidaklah sulit. Dia menyebut, justru hal pertama yang harus dilakukan saat memutuskan jadi pendonor kornea mata adalah yakin dengan diri sendiri dan melakukan riset informasi yang cukup.

“Pertama yang pasti yakinkan diri sendiri dulu, enggak kalah penting itu kita harus riset dulu apa sih yang didonasikan. Sebab selama ini banyak mikir yang didonasikan itu bola matanya, padaha cuma korneanya. Kita sebagai pendonor itu harus tahu dulu apa sih yang kita donasiin, keluarga harus menghubungi siapa, prosedurnya seperti apa, dan lain-lain,” kata Mila lagi.

Setelah terdaftar resmi menjadi salah satu pendonor kornea mata, Mila yang berdomisili di Jakarta ini menilai justru bagian tersulit ialah bagaimana caranya ia bisa menjaga tubuh sesehat mungkin. Agar saat meninggal nanti, kornea mata yang didonasikan tetap memenuhi syarat dan ketentuan, dalam kondisi baik sehingga bisa tetap diberikan ke orang yang membutuhkan.

Untungnya karena sudah rutin melakukan donor darah termasuk untuk donor darah bagi pasien kanker. Mila sudah sejak lama menjaga kesehatan tubuhnya agar bebas penyakit, dengan menjaga asupan makan dan minum, mengatur pola hidup, pola makan hingga memerhatikan aktivitas seksual agar terhindar dari berbagai penyakit mulai dari tumor dan kanker mata, hepatitis, HIV, hingga sipilis.

Saat ini, dengan lajunya arus informasi, kecanggihan teknologi dan kecepatan sosial media. Walau jumlah pendonor mata di Indonesia belum melonjak secara drastis, Mila melihat sedikit demi sedikit masyarakat sudah mulai peduli dengan apa itu donor kornea mata. 

Di lingkungan pertemanannya sendiri pun, Mila mendapati cukup banyak orang-orang terdekatnya yang ternyata sudah mendaftarkan diri menjadi pendonor mata. Memanfaatkan akun sosial media miliknya, Mila juga vokal mengedukasi orang-orang di sekililingnya tentang donor kornea mata. 

Sehingga masyarakat awam bisa lebih luas lagi untuk tahu dan tidak perlu ragu menjadi pendonor kornea mata sebagai salah satu cara termudah yang bisa dilakukan untuk menolong orang lain yang membutuhkan.

“Ini donasinya ketika kita sudah meninggal, jadi jangan takut. Jangan khawatir, berarti kan kita tidak merasakan sakit. Tugas kita di dunia sudah selesai. Sekarang ini kita cukup daftarkan diri kita, kemudian jaga kesehatan tubuh sebaik mungkin,” serunya

Menutup perbincangan, kepada iNews.id Mila menuturkan ada kelegaan dan rasa syukur tersendiri yang dia rasakan setelah terdaftar secara resmi menjadi pendonor kornea mata, memberikan kornea matanya ketika sudah meninggal dunia kelak untuk bisa dipergunakan bagi orang yang membutuhkan.

“Aku merasa agak lega, oh ternyata gue masih qualified untuk bisa bantu orang. Jadi bersyukurnya masih bisa dikasih kesempatan untuk bisa bantu orang. Aku lega bisa lancar daftar, satu lagi aku sangat berharap ketika di akhir hidup aku nanti aku masih qualified untuk bisa membantu orang,” tuturnya lagi.

Editor: Dyah Ayu Pamela

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut