Menilik Asal Usul MSG, Aman atau Berbahayakah Bagi Tubuh?
JAKARTA, iNews.id - Siapa yang tidak pernah memakai Monosodium Glutamat (MSG) atau yang lebih familiar dengan sebutan penyedap rasa hingga Micin? Setidaknya para ibu di rumah atau penjaja makanan pasti memakai MSG sebagai penambah rasa gurih pada masakan. Lantas amankah MSG untuk tubuh?
Menilik asal usul MSG sebenarnya pertama kali ditemukan di Jepang. Tepatnya pada pergantian abad ke-20, sekitar era 1908, seorang profesor kimia Universitas Tokyo, Kikunae Ikeda, menemukan cara untuk mengisolasi asam glutamat tersebut dalam makanan dan menstabilkannya dengan garam. Hal ini memungkinkan asam glutamat diubah menjadi kristal sehingga bisa mencampurkannya ke makanan.
Ikeda pun tertarik untuk meneliti apa yang membuat dashi, kaldu rumput laut yang biasa disantap masakan Jepang, sangat lezat. Ikeda mempelajari kaldu tersebut dan pada 1907 dan berhasil mengisolasi zat kimia yang bertanggung jawab atas rasa umami, yaitu monosodium glutamat.
MSG sendiri terbuat dari garam natrium asam glutamat. Asam glutamat sebenarnya adalah asam amino alami yang sering ditemui dalam berbagai makanan seperti parmesan, tomat dan jamur kering. Karena itulah makanan yang memakai MSG terasa begitu beraroma dan enak.
Sejak itulah Ikeda juga bertanggungjawab untuk menciptakan kata umami yang berarti cita rasa kelima. MSG memiliki kualitas umami yang intens, umami pada dasarnya memiliki rasa gurih, namun tidak terdapat rasa rasa asin, manis, asam atau pahit di dalamnya.
Kehadiran MSG ini pun disambut baik oleh beberapa koki di dunia. Bahkan beberapa koki di Chicago menobatkan MSG sebagai salah satu dari tiga bahan makanan pokok yang wajib ada di dapur mereka.
Sementara mengacu pada buku review MSG edisi ke-4 yang dikeluarkan Ikatan Dokter Indonesia, komponen utama MSG sudan disusun oleh protein yang disebut asam glutamat atau glutamat. Komponen ini banyak terdapat pada makanan seperti daging, sayur-mayur, unggas dan susu. Bahkan Tubuh manusia juga menghasilkan glutamat secara alami dalam jumlah yang besar. Glutamat terdiri atas dua bentuk yaitu bebas dan terikat, dan hanya glutamat bebas yang efektif menguatkan rasa dalam makanan.
Tercatat konsumsi MSG di dunia secara luas ada si berbagai negara seperti Tiongkok, Eropa, Amerika Serikat, Korea, Jepang, Indonesia, Thailand, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa MSG aman dikonsumsi untuk tubuh. Bahkan MSG pun bisa dipakai sebagai alat ganti garam, khusus untuk penderita darah tinggi.
Pemakaian MSG pada makanan juga tidak berdampak pada fungsi otak. Hal itu disampaikan Medical Doctor and Health Content Creator dr Kevin Mak yang mengatakan MSG berperan aktif dalam pembentukan memori. Glutamat adalah asam amino yang berperan sebagai neurotransmitter atau dalam bahasa kedokterannya senyawa yang membantu proses otak kita berjalan efektif dan optimal.
Mengacu pada kebaikan MSG belum lama ini Ajinomoto Visitor Center merayakan tiga tahun perjalanan dan berhasil mengedukasi 11.349 orang tentang kebaikan MSG. Meski pengenalan soal manfaat MSG dilakukan secara virtual, karena pandemi Covid-19, para ibu dan perempuan tetap antusias.
"Meski secara virtual kami mengajak seluruh lapisan elemen masyarakat untuk melihat rahasia kelezatan, tempat proses produksi yang mengutamakan keamanan dan kebersihan, serta berbagai aplikasi menu rendah garam namun tetap lezat bergizi dari Dapur Umami," ujar Grant Senjaya, Head of Public Relations PT Ajinomoto Indonesia.

Demi memuaskan keinginan masyarakat soal manfaat MSG atau umami, AVC juga membuka sesi Live Virtual Factory Tour di platform ini. Sehingga pengunjung tidak hanya dapat menjelajahi berbagai macam fitur sendiri, tetapi juga berinteraksi dengan karyawan kami di Visitor Center, yang akan memandu sesi Live Virtual Factory Tour.
“Melalui platform dan fitur ini, pengunjung dapat menjangkau factory tour ke pabrik Ajinomoto hanya dalam genggaman tangan. Namun, bagi yang tetap ingin dipandu dan mendapatkan banyak interaksi dengan teman satu grup maupun tour guide AVC, kami juga membukakan sesi Live Virtual Factory Tour,” kata Grant.
Editor: Elvira Anna