Pentingnya Menjaga Air Tetap Bersih, Cegah Diare hingga DBD
JAKARTA, iNews.id - Sanitasi yang layak dan air bersih merupakan hak dasar manusia. Bahkan, Pemerintah menargetkan pemenuhan kelayakan sanitasi dapat terwujud pada 2030.
Namun, masih ada 62 juta orang di perdesaan yang belum mendapatkan akses layak ke fasilitas sanitasi. Sebanyak 34 juta di antaranya masih mempraktikkan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Belum lagi berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sekitar 827 ribu orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah meninggal setiap tahun karena air, sanitasi, dan kebersihan yang tidak memadai.
Angka ini mewakili sekitar 60 persen dari total kematian akibat diare. Ya, diare tetap menjadi penyebab utama tingginya angka kematian, tetapi sebagian besar kasusnya bisa dicegah. Air yang lebih baik, sanitasi, dan kebersihan dapat menekan angka kematian 297 ribu anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya.
Dampak lain dari sanitasi buruk dan air tidak bersih adalah DBD. Penyakit ini berasal dari virus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus yang menetaskan jentiknya pada air yang menggenang. Air tergenang ini banyak ditemui pada lingkungan dengan sanitasi buruk.
Maka itu, sanitasi layak dan air bersih sangat diperlukan dan harus disalurkan ke berbagai daerah. Hal itu pula yang diinisiasi oleh Danone Indonesia mendukung masyarakat untuk mengakses air bersih dan sanitasi.
Kali ini, bekerja sama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor, Danone Indonesia menyerahkan bantuan sumur bor dan sanitasi untuk 9 pesantren NU yang ada di wilayah Kabupaten Bogor Jawa Barat. Untuk kegiatan ini, Danone Indonesia memberikan donasi berupa uang tunai sebesar Rp390 juta yang akan digunakan untuk membangun sumur bor dan sanitasi layak kepada 9 pesantren dan 1 kantor PCNU di Bogor.
Director of Sustainability Development Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menjelaskan kegiatan seperti ini sudah menjadi agenda wajib sehingga tidak akan pernah berhenti. "Kami ingin terus memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat sekitar. Hal ini tentu tidak luput dari dukungan NU. Alhamdulillah, kolaborasi kami sudah berjalan cukup lama. Kali ini kami menyoroti bagaimana mencari solusi terkait permasalahan air bersih yang masih menjadi polemik di Indonesia hingga saat ini,"ujar Karyanto.
Menurut dia, saat ini baru 90 persen penduduk yang dapat mengakses air bersih di Indonesia. Kalau dikaitkan dengan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia, masih ada jumlah penduduk yang cukup signifikan belum dapat mengakses air bersih. "Lebih dari 20 juta orang Indonesia belum dapat mendapatkan akses air bersih,” kata dia.
Terkait sanitasi, Karyanto menambahkan, di Indonesia masih 80 persen penduduk yang memiliki sanitasi layak. Pemerintah menargetkan seluruh masyarakat Indonesia dapat memperoleh akses air bersih dan sanitasi di 2030. “Tentu saja kita tidak bisa menunggu selama itu. Permasalahan air bersih sudah selayaknya menjadi tanggung jawab bersama. Di sinilah peran kami untuk dapat mendukung pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut," ujar Karyanto.
Ketua PC RMI Kabupaten Bogor, KH Abdul Basit Mahfuf mengatakan, selama ini masih banyak pesantren yang kesulitan mendapatkan air bersih maupun sanitasi yang layak untuk para santri. "Juga ada beberapa pesantren yang mengalami krisis air atau kekeringan. Bahkan, kualitas airnya pun berbeda pada saat musim kemarau dan hujan," ujar ujarnya.
Oleh karena itu, bantuan sumur bor ini sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas air bersih yang layak. Selain kebersihan air, kondisi MCK juga perlu diperhatikan, baik dari sisi kelayakan maupun jumlahnya.
Editor: Vien Dimyati