Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rossa Kagum Lihat Perjuangan Vidi Aldiano Hidup 6 Tahun dengan Kanker
Advertisement . Scroll to see content

Selama Pandemi Perawatan Kanker di RS Alami Kendala, Dokter Sarankan Hal Ini

Sabtu, 31 Juli 2021 - 15:03:00 WIB
Selama Pandemi Perawatan Kanker di RS Alami Kendala, Dokter Sarankan Hal Ini
Perawatan kanker di rumah sakit terkendala pandemi Covid-19 (Foto: The Indian Express)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pandemi Covid-19 telah berlangsung lebih dari satu tahun dan telah membuat segala aktivitas terhambat. Salah satunya aktivitas dalam perawatan kanker secara global.

Hal ini secara signifikan berdampak buruk karena kemungkinan untuk melakukan diagnosis dini, terapi, dan pemantauan pasien kanker menjadi tertunda.

Jika ditemukan pada tahap awal, sebelum kanker bermetastasis, hasil akhir perawatan pasien biasanya lebih baik 1-5. Terlepas dari kondisi pandemi, pasien kanker tetap disarankan untuk terus melakukan konsultasi dengan dokter dan tidak menunda pengobatan.

Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri mengatakan, kanker membutuhkan deteksi dan penanganan sedini mungkin agar meningkatkan keberhasilan pengobatan kanker.

AstraZeneca melalui tagline “New Normal, Same Cancer” berkomitmen meningkatkan kesadaran dan turut mengampanyekan akses terhadap penanganan kanker agar pasien dapat mengakses layanan kanker tanpa penundaan dan membantu melindungi orang yang datang ke klinik kanker. 

"Tujuannya untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19. Ini sejalan dengan praktik layanan bagi pasien yang telah dimodifikasi oleh banyak fasilitas kesehatan selama dalam masa pandemi ini," ujar Rizman, melalui keterangan virtualnya belum lama ini.

Lebih lanjut Rizman menambahkan, sebagai bagian dari program global New Normal, Same Cancer, AstraZeneca bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan aplikasi Pulih (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses terapi kanker. 

Aplikasi ini menyediakan layanan digital terintegrasi yang memberikan kemudahan kepada pasien untuk mengakses program bantuan pasien, pengingat jadwal minum obat, dan materi edukasi seputar penyakit, pengobatan, dan isu kesehatan lainnya.

"Dengan kerjasama ini, kami optimistis dapat membantu pasien kanker dan anggota keluarganya untuk tetap mendapatkan penanganan kanker agar pengobatan dapat berhasil," kata dia.

Menurutnya, pandemi tidak seharusnya menghalangi penanganan kanker, karena setiap hari, pasien kanker berlomba dengan waktu untuk mengalahkan kanker, terutama kanker paru yang saat ini sangat rentan tertular Covid-19 dan mengalami komplikasi berat. 

Ketua YKI, Prof Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, Yayasan Kanker Indonesia menyadari, kesinambungan dalam perjalanan pengobatan seorang pasien kanker itu amat penting dan pemanfaatan teknologi digital merupakan langkah strategis.

"Layanan digital sangat membantu pasien kanker, terlebih selama pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan dan perhatian terhadap penanggulangan kanker. Melalui kerjasama ini, kami berharap aplikasi ini dapat mendorong masyarakat menyadari dalam melakukan deteksi dini kanker, termasuk pada kanker paru, guna mencegah ditemukannya kanker pada stadium lanjut,” ujar Prof. Aru Sudoyo.

Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. Elisna Syahruddin menjelaskan, berdasarkan data Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru di Indonesia meningkat 8,8% menjadi 34.783 kasus atau menempati peringkat ketiga. 

Sementara itu, jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama.

”Hal itu disebabkan karena sebagian besar pasien terdiagnosa pada stadium lanjut.   Diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru," ujar Prof. Elisna Syahruddin.

Dia menambahkan, masyarakat perlu menghindari faktor risiko kanker paru dan mengetahui gejala kanker paru sehingga apabila merasakan beberapa gejala tersebut, perlu segera melakukan konsultasi kepada dokter agar bisa terdiagnosa lebih cepat. 

"Lebih dari itu, pasien yang sudah terdiagnosa, harus mendapatkan terapi sesuai dengan kondisi, karena kanker paru berkembang dengan cepat. Masa pandemi tidak menyebabkan pasien harus berhenti melakukan pemantauan terlebih melanjutkan terapi," ujarnya.

Stephen, salah seorang penyintas kanker paru mengatakan, di masa pandemi ini, akses ke fasilitas kesehatan terdapat kendala terutama karena di RS terdapat banyak pasien dari berbagai penyakit berkumpul sehingga menimbulkan rasa was-was.

"Padahal, saya sebagai penyintas kanker paru membutuhkan pemeriksaan dan konsultasi ke dokter secara rutin. Kemudian akses mendapatkan obat juga tidak boleh berhenti demi tetap mempertahankan kondisi dan menghindari progression. Saya bersyukur sudah ada aplikasi ini yang dapat membantu pasien kanker mendapatkan akses lebih mudah terhadap pengobatan terapi kanker di masa pandemi," katanya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut