Tren Olahraga Lari Meningkat, Ini Tips agar Pelari Terhindar dari Hoaks
JAKARTA, iNews.id - Belakangan ini, tren lari di Indonesia terus meningkat. Ajang seru-seruan ini digemari anak muda hingga orang tua. Namun sayangnya, peningkatan ajang lari ini tidak disertai dengan edukasi yang benar.
Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Indonesia (ILUNI FKUI) mencatat terdapat total lima korban meninggal dalam empat ajang lari pada 2018 hingga pertengahan 2019.
Sehubungan dengan fakta tersebut, ILUNI FKUI menggelar kedokterRAN2019. Ini merupakan ajang lari untuk keluarga besar FKUI, sekaligus memberikan edukasi untuk meluruskan hoaks kesehatan terkait olahraga lari di Indonesia.
“Risiko cedera berpotensi sangat besar dalam ajang lari. Baik cedera langsung (traumatic injury) atau cedera tidak langsung (overused injury). Jika penanganan salah maka risikonya kematian mendadak," kata dr Jack Pradono Handojo, MHA, Ketua Pelaksana KedokteRAN2019, di Jakarta, belum lama ini.
Menurutnya, kasus kematian mendadak yang terjadi saat ajang lari diduga akibat penanganan yang salah dan dipicu oleh hoaks kesehatan terkait olahraga lari. Hoaks kesehatan adalah informasi terkait kesehatan yang keliru dan belum terjamin serta teruji secara medis.

Salah satu contoh hoaks kesehatan misalnya informasi terkait dilarangnya minum selama berlari agar tidak muntah. “Faktanya, aktivitas lari membuat tubuh berkeringat sebagai tanda otot yang sedang bekerja, sehingga tubuh harus terhidrasi agar terhindar dari potensi sengatan tinggi (heat stroke)," kata dr Jack.