Mutasi Varian Delta Sebabkan Ledakan Kasus di Sejumlah Negara, Ini Penjelasan Pakar
JAKARTA, iNews.id - Virus Corona varian delta telah menyebabkan kekacauan di dunia. Banyak kasus Covid-19 yang meledak karena hadirnya varian Delta.
Saat ini varian Delta sudah beranak-pinak menjadi banyak sub varian baru seperti AY.4, AY.4.2, AY.23, dan AY.24 yang semakin mengkhawatirkan masyarakat.
Munculnya sub varian baru dari virus ini disebabkan oleh mutasi genetik. Semakin besar varian menginfeksi seseorang, maka akan semakin besar juga potensi terjadinya mutasi.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin beberapa waktu lalu menjelaskan varian Delta AY.4, AY.23, dan AY.24 sudah ada di Indonesia. Hanya saja varian AY.4.2 masih belum terdeteksi keberadaanya di Indonesia.
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i, mengungkapkan melalui unggahan video di akun media sosial pribadinya @dr.fajriaddai, Kamis (18/11/2021), bahwa varian Delta AY.23 yang menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia meningkat pesat beberapa bulan lalu.
"Varian tersebut adalah sub dari varian Delta yang sebelumnya di Indonesia, pada Juli dan Agustus kemarin meledak udah tinggi-tingginya kan. Itu karena varian Delta sub yang tersebut," ujar dr. Fajri dalam penjelasannya.
Lebih jauh, dr. Fajri mengungkapkan, varian Delta ini bukanlah sesuatu yang baru sebab sempat menyebabkan ledakan kasus di Indonesia. Kini beberapa negara di dunia sedang mengalami ledakan kasus Covid-19 akibat varian tersebut.
"Sekarang, negara-negara lain lagi gantian meledak, seperti: Singapura, Malaysia sekarang di Eropa lagi begitu. Kemarin Amerika Serikat (AS) juga begitu. Sehari saja sampai 150 ribu orang di rawat inap. Sekarang di Jerman sehari 50 ribu orang," lanjut dr. Fajri.
Diketahui bahwa varian Delta tersebut sudah terbukti memiliki kemampuan 70 persen lebih cepat menular dibandingkan dengan varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Karena itu dr. Fajri mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada agar lonjakan kasus tidak terjadi kembali di kemudian hari.
"Tetap jaga protokol kesehatan (prokes) dan tetap hati-hati. Boleh tetap beraktivitas tapi jangan sampai meledak lagi," tuturnya.
Editor: Dyah Ayu Pamela