Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kulit Bayi Harus Dijaga Kelembapannya, Ini Saran Dokter
Advertisement . Scroll to see content

Waspada Penyakit Radang Usus Kronis jika Diabaikan Dampaknya Komplikasi dan Kematian

Kamis, 23 Mei 2024 - 07:00:00 WIB
Waspada Penyakit Radang Usus Kronis jika Diabaikan Dampaknya Komplikasi dan Kematian
Waspada Penyakit Radang Usus Kronis jika Diabaikan Dampaknya Komplikasi dan Kematian (Foto: Forbes)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bagi sebagian masyarakat, penyakit radang usus masih dianggap sebelah mata. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) jika dibiarkan akibatnya bisa berdampak pada komplikasi hingga kematian.

Sementara, kepedulian terhadap IBD di dunia termasuk di Indonesia sampai saat ini masih rendah dan gejalanya sering terabaikan, karena mirip dengan gejala diare biasa. Dalam mendukung kesembuhan pada pasien, RS Abdi Waluyo turut memperingati World Inflammatory Bowel Disease Day 2024 dengan tema “IBD has no borders”. 

Dokter Roswin R.D selaku Chief Executive Officer RS Abdi Waluyo mengatakan, IBD merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar. Elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.

Pada dasarnya, IBD terbagi menjadi tiga tipe, yaitu Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD). Kini terdapat juga tipe yang lain dari IBD, yaitu Colitis Indeterminate (Unclassified).

"RS Abdi Waluyo berkomitmen terhadap kesehatan pasien dengan meningkatkan kesadaran pasien terkait IBD di
Indonesia, menyediakan akses bagi pengobatan IBD serta bermitra dengan asosiasi medis untuk meningkatkan pengetahuan, diagnostik, dan tatalaksana IBD," kata dokter Roswin melalui keterangannya dikutip Rabu (22/5/2024).

Dokter Roswin mengajak semua pihak bersatu untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit, tantangan sehari-hari yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit radang usus, perlunya akses lebih baik untuk layanan IBD serta penelitian untuk menemukan pengobatan yang lebih baik dan dapat menyembuhkan. Hal ini karena IBD dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia.

Pada kesempatan yang sama RS Abdi Waluyo juga meluncurkan pelayanan IBD Center dengan visi memberikan pelayanan yang berfokus penegakan diagnosa cepat dan tepat serta terapi yang holistik.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RS Abdi Waluyo, Prof Marcellus Simadibrata mengatakan, pada dasarnya, penyebab IBD belum diketahui jelas, namun dipastikan disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh. 

"Kesalahan pada diet dan tingkat stres berlebih juga bisa memicu terjadinya IBD. Faktor keturunan juga berperan dalam IBD meskipun angka penderitanya sangat sedikit," kata Prof Marcellus Simadibrata.

Dia menambahkan, dalam perkembangannya, IBD yang dibiarkan bisa memperparah kondisi pasien akibat komplikasi yang ditimbulkan. Pada UC, penderitanya bisa mengalami toxic megalocon (pembengkakan usus besar yang beracun), perforated colon (lubang pada usus besar), dehidrasi berat dan meningkatkan risiko kanker usus besar. 

Menurut Prof Marcellus, pada CD, penderita bisa mengalami bowel obstruction, malanutrisi, fistulas, dan anal fissure (robekan pada jaringan anus). Jika kedua jenis IBD ini dibiarkan, keduanya bisa menciptakan komplikasi, seperti penggumpalan darah, radang kulit, mata, dan sendi, serta komplikasi lainnya.

Diagnosis IBD dibuat berdasarkan keluhan pasien seperti nyeri perut berulang, perubahan pola buang air besar, buang air besar berdarah, serta penurunan berat badan, ditambah dengan pemeriksaan fisik dan penunjang.

Prof Marcel menjelaskan, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan di antaranya adalah pemeriksaan feses, darah, radiologi (CT scan dan MRI abdomen sesuai indikasi), dan endoskopi saluran cerna. Pasien yang sudah didiagnosis penyakit radang usus kemudian dinilai tingkat keparahan penyakitnya menggunakan sistem skoring.

Selain itu, lanjutnya, tatalaksana penyakit IBD umumnya menggunakan terapi obat (tablet dan injeksi), namun pada beberapa keadaan diperlukan tindakan operasi/pembedahan atau bahkan dilakukan tatalaksana dengan kombinasi obat-obatan dan pembedahan. 

"Beberapa jenis vaksinasi direkomendasikan bagi pasien IBD untuk mencegah infeksi. Jika sudah kronis mungkin perlu pembedahan mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak, tetapi dengan adanya kemajuan dan inovasi dalam pengobatan, tindakan pembedahan sudah jarang dilakukan sejak beberapa tahun belakangan," katanya.

Prof Marcel menambahkan, penanganan pasien IBD memerlukan kerja sama multidisiplin karena manifestasinya dapat multiorgan. IBD center RS Abdi Waluyo memberikan serangkaian layanan terpadu oleh dokter-dokter spesialis dan subspesialis dari berbagai bidang, di antaranya pelayanan spesialisasi gastroenterologi, bedah digestif, nutrisi, perawatan psikososial, dan pelayanan lainnya.

Adapun pelayanan holistik yang dihadirkan di antaranya konsultasi awal, penilaian profil risiko dan potensi komplikasi pada perjalanan penyakit IBD, penilaian pola makan oleh dokter spesialis gizi klinik, dukungan psikologis, tinjauan pengobatan terkini, penilaian kesehatan preventif tahunan, serta pemantauan penyakit yang berkelanjutan.

Terkait IBD ini, salah satu hal penting yang juga harus diperhatikan adalah nutrisi bagi pasien. Pada kesempatan yang sama, Nathania S. Sutisna, spesialis gizi klinik RS Abdi Waluyo mengatakan, beberapa faktor risiko IBD berasal dari sisi nutrisi, yaitu akibat seringnya mengonsumsi ultra processed food dan bahan aditif makanan.

"Oleh sebab itu, pola makan pasien IBD harus diubah dan disesuaikan dengan pengobatan utama. Saat timbul gejala, pasien harus memerhatikan kebutuhan kalori dam protein yang lebih tinggi dibanding saat mereka sehat, serta perhatikan keseimbangan cairan," kata dr Nathania.

Dia menambahkan, jika tanpa gejala (remisi), nutrisi perlu diatur agar dapat mengembalikan status gizi pasien, dan makanan diberikan secara bertahap sambil tetap memantau gejala. Saat didiagnosis IBD, pasien perlu memahami, proses peradangan pada penyakit ini dapat mereda jika berkomitmen menjalani pengobatan dan modifikasi gaya hidup salah satunya dengan mengatur pola makan dan nutrisi sesuai dengan tingkatan IBD serta berolahraga. 

"Oleh sebab itu, selain kesadaran dan pengetahuan untuk pasien, IBD juga perlu diketahui oleh keluarga dan caregiver sehingga bisa memberikan support dan menjaga kepatuhan bagi pasien, serta dukungan psikososial agar terhindar dari depresi dan kecemasan,” tuturnya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut