21 Keutamaan Bulan Ramadhan dan Dalilnya
Dalil keutamaan Bulan ramadhan lainnya disebutkan dalam hadits berikut:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَليَهْ ِوَسَلَّمَ: أُعْطِيَتْ أُمَّتِي فيِ شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبيٌ قَبْلِيْ، أَمَّا وَاحِدَةٌ فَإِنَّهُ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ نَظَرَ اللهُ تَعَالَى ِإلَيْهِمْ وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يُمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ، وَأَمَّا الثَالِثَةُ فَِإنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فيِ كُلِّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ، وَأَمَّا الرَّابِعَةُ فَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا: اِسْتَعِدِّي وَ تَزَيَّنِي ِلعَباَدِي أَوْشَكُوْا أَنْ يَسْتَرِيْحُوْا مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا ِإلَى دَارِي وَكَرَامَتِي، وَأَمَّا اْلخَامِسَةُ فَإِنَّهُ ِإذَا كَانَ آخِرُ لَيْلَةٍ غُفِرَ لَهُمْ جَمِيْعًا، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلقَوْمِ: أَهَيَ لَيْلَةُ اْلقَدَرِ؟ فَقاَلَ: لاَ، أَلمَ ْ تَرَ إِلَى اْلعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ فَإِذاَ فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَاِلهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan, lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabipun sebelumku yaitu: (1) Pada awal bulan Ramadhan, Allah s.w.t melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. (2) Aroma mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari aroma misik (kasturi). (3) Para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. (4) Allah s.w.t memerintahkan (penjaga) surga-Nya:
“Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hambaKu, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju ke tempat-Ku dan kemuliaan-Ku”, dan (5) Pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka seluruhnya”.
Seorang sahabat bertanya: “Apakah itu malam Qadar wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya”. (Hadis Hasan, Riwayat al-Baihaqi dalam kitab Syua’b al-Iman: 3450)
Ustaz Saiyid Mahadhir MA dalam bukunya Bekal Ramadhan dan Idul Fitri (1) Menyambut Ramadhan menyebutkan banyak keutamaan puasa di Bulan Ramadhan, salah satunya hadirnya sifat takwa dalam diri seorang muslim, karena muslim, karena puasa membiasakan untuk takut kepada Allah swt dalam kondisi sembunyi maupun ramai.
Selama puasa seorang muslim selalu merasa diawasi oleh Allah, mereka berani menahan syahwat hanya karena merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi, perasaan inilah yang jika berlanjut setelah Ramadhan akan menjadi sebab takwa.
Bulan Ramadhan merupakan penghulu dari segala bulan. Ramadan bulan yang penuh keberkahan, rahmat dan ampunan. Ramadan juga satu dari empat bulan yang Allah SWT pilih dari 12 bulan dalam kalender Islam.
Mufasir Ibnu Katsir menjelaskan, Allah SWT memuji bulan Ramadan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Alquran yang agung.
Bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya puasa selama sebulan penuh. Puasa Ramadhan merupakan rukun Islam ketiga. Kewajiban puasa itu termaktub dalam Alquran.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah, 2:183).
Sebagaimana Allah mengkhususkan bulan Ramadan sebagai bulan diturunkan-Nya Alquran, sesungguhnya telah disebutkan oleh hadis bahwa pada bulan Ramadan pula kitab Allah lainnya diturunkan kepada para nabi Sebelum Nabi Muhammad Saw.
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Lembaran-lembaran Nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadan dan kitab Taurat diturunkan pada tanggal enam Ramadan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadan, sedangkan Al-Quran diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadan".
Ada satu malam istimewa di Bulan Ramadan yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadr). Di bulan itu Allah jadikan puasa di siang harinya menjadi kewajiban (bagi yang mampu), dan bangun malam/shalat di malam harinya merupakan hal yang disunnahkan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Dari Abu Hurairah r.a. menuturkan,“Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadis dari al-Nasa’i).
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Dari Abu Hurairah r.a. menuturkan,“Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadis dari al-Nasa’i).