7 Amalan Ketika Turun Hujan Sesuai Sunnah Rasulullah SAW
JAKARTA, iNews.id - Amalan ketika turun hujan penting dilakukan Muslim agar memperoleh manfaat dan keberkahannya. Amalan tersebut di antaranya berdoa ketika turun hujan dan setelahnya, ingat akan azab Allah, mensyukuri nikmat hujan dan mengambil barokah air hujan.
Dalam Islam, hujan sangat banyak manfaatnya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Hujan merupakan rahmat Allah SWT yang patut disyukuri.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 22, Allah SWT berfirman:
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءًۖ وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"Dia (Allah) menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui".
Melalui hujan, Allah menumbuhkan buat mereka berbagai macam tumbuhan yang menghasilkan banyak jenis buah, sebagaimana yang telah disaksikan. Hal tersebut sebagai rezeki buat mereka, juga buat ternak mereka.
Sebagai bentuk rasa syukur ketika hujan turun, Muslim harus mengungkapkannya sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.
1. Ingat Azab dan Berlindung kepada Allah
Ketika hujan turun dengan didahului mendung apalagi diiringi angina kencang dan petir maka harus ingat akan azab Allah sekaligus minta perlindungan kepada-Nya.
Siti Aisyah radhiyallahu ’anha berkata:
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ ) »
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam mulai menenangkan hatinya. ’Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallammengatakan, ”Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum ’Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), ”Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.” (QS. Al Ahqaf : 24).
Ibnu Hajar mengatakan, ”Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.”
2. Bersyukur
Muslim harus bersyukur dengan turunnya hujan karena air hujan, Allah SWT jadikan kandungan-kadungan tertentu yang dapat menumbuhkan tanaman, menghilangkan kekeringan, dan rasa dahaga. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
أَفَرَأَيْتُمْ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ* أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ * لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجاً فَلَوْلا تَشْكُرُون
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS:Al-Waaqi’ah | Ayat: 68).
Kalau Allah berkehendak, Dia mampu menjadikan air hujan ini asin, tidak bisa diminum dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Namun Allah jadikan rasa dan sifat air hujan sebagaimana yang dirasakan. Sehingga tumbuhan tumbuh dan bermanfaat. Kemudian air hujan itu Allah simpan di bumi yang bisa dimanfaatkan manusia di masa mendatang.
3. Berdoa Ketika Hujan
Ketika turun hujan dianjurkan untuk berdoa agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha, dijelaskan:
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً »
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.
Ketika hujan turun dengan sangat deras atau memiliki intensitas tinggi akan sangat menimbulkan kekhawatiran tinggi dan ketakutan yang berlebihan akan terjadinya musibah, maka kita berdoa:
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Artinya : “Ya Allah turunkan hujan di sekitar kami dan bukan membuat bahaya kepada kami. Ya Allah turunkan hujan di daerah dataran tinggi, gunung, bukit, perut lembah dan tempat pohon tumbuh” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Berdoa setelah Hujan
Ketika hujan reda dianjurkan membaca doa sebagai rasa syukur atas rahmat dan berkah yang telah Allah berikan. Berikut bacaan doa usai hujan:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
Artinya “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”
5. Mengambil berkah hujan
Ketika hujan turun dianjurkan untuk mengambil berkah hujan dengan membasahi tubuh kita dengan air hujan karena hujan adalah rahmat (Sebagian ulama ini dilakukan saat kali pertama hujan turun). Dalam sebuah hadits disebutkan:
عن أنسٍ -رضي الله عنه-، قال: أصابنا ونحن مع رسول الله -صلى اللهُ عليه وسلم- مطرٌ، قال: فحسَر رسول الله -صلى اللهُ عليهِ وسلم- ثوبَه حتى أصابَه مِن المطر، فقلنا: يا رسول الله! لمَ صنعتَ هذا؟ قال: “لأنَّه حديثُ عهدٍ بِربِّه تعالى”
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “hujan turun membasahi kami (para Sahabat) dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam membuka bajunya, sehingga hujan mengguyur beliau, maka kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah untuk apa engkau berbuat seperti ini?’
Beliau menjawab, لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
“Karena sesungguhnya hujan ini baru saja Allah ta’āla ciptakan.” (HR. Muslim no. 898).
Imam Nawawi menjelaskan maksud hadist di atas, beliau mengatakan bahwa makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.
6. Hujan Bukti Kuasa Allah
Hujan merupakan bukti kekuasaan Allah. Tidak ada seorang pun yang bisa memastikan kapan hujan turun. Manusia hanya diberikan tanda-tanda akan turunnya hujan berupa awan dan mendung. Namun, tidak selamanya mendung itu akan turun hujan.
Dalam sebuah hadits disebutkan mengenai hujan merupakan tanda kegaiban. Rasulullah SAW telah bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ لَا يَعْلَمُ مَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ وَلَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللَّهُ
Dari Ibn Umar radliyallahuanhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: "Kunci keghaiban ada lima; tidak mengetahuinya selain Allah, tidak ada yang mengetahui kandungan yang mengempes (gugur, berkurang) selain Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok hari selain Allah, tidak ada yang mengetahui kapan hujan datang selain Allah, dan tidak ada siapapun manusia yang tahu di bumi mana berada akan meninggal selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi selain Allah." (HR. Bukhari).
7. Mensyukuri Hujan Bukti Orang Beriman
Mensyukuri nikmat hujan merupakan salah satu bukti keimanan. Rasulullah SAW tekah bersabda:
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ فَأَصَابَنَا مَطَرٌ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَقَالَ أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَقَالَ قَالَ اللَّهُ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِي فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَبِرِزْقِ اللَّهِ وَبِفَضْلِ اللَّهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَجْمِ كَذَا فَهُوَ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ كَافِرٌ بِي
Dari Zaid bin Khalid radliallahu anhu ia berkata; "Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat perang Hudaibiyyah, suatu malam hujan turun. Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang-orang seraya bersabda: "Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?". Para sahabat menjawab; "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda: "
Allah berfirman: "Di pagi ini ada hamba-hambaKu yang mukmin kepadaKu dan ada pula yang kafir kepadaKu. Orang yang berkata; "Hujan turun karena karunia Allah dan rahmat-Nya, berarti dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang, sedangkan orang yang berkata; "Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah beriman kepada bintang-bintang dan kafir kepadaKu." (HR. Bukhari)
Wallahu A'lam Bishshawab.
Editor: Kastolani Marzuki