Awal Ramadhan 1443 H / 2022 di Indonesia Berpotensi Berbeda, Ini Penjelasannya
Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim, KH Ma'ruf Khozin mengatakan, kondisi Hilal pada Jumat 1 April berada pada ketinggian 2°, sebuah ambang ketinggian paling minim untuk kategori berhasil dirukyat.
"Kalau ternyata di malam itu hilal berhasil dilihat maka kita puasa bareng bersama persyarikatan Muhammadiyah," katanya dikutip dari @ma'ruf khozin.
Dia menjelaskan, secara kelembagaan dalam setiap Keputusan Bahtsul Masail selalu menggunakan Rukyat, berdasarkan hadits sahih.
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ ، فَإِنْ غُبِّىَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ
“Berpuasalah karena melihat hilal dan akhiri puasa karena melihat hilal. Jika terhalang maka sempurnakan Sya’ban 30 hari” (HR al-Bukhari, Muslim dan an-Nasai dari Abu Hurairah).
Sidang Isbat
Kementerian Agama akan menggelar sidang Isbat penetapan awal Ramadan 1443 Hijriah secara hybrid, pada Jumat (1/4/2022) atau bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1443 Hijriah. Hybrid di sini maksudnya adalah sidang dilakukan secara daring dan juga langsung.
"Karena masih pandemi, sidang akan kembali digelar secara hybrid, dalam arti gabungan antara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan," kata Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, Senin (14/3/2022).
Sidang Isbat akan digelar di Auditorium HM Rasjidi, Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Jumlah peserta yang hadir dibatasi sesuai ketentuan protokol kesehatan.
Sidang isbat nantinya akan melibatkan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam. Sidang ini juga akan melibatkan perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan tamu undangan lain seperti MUI dan pimpinan Komisi VIII DPR.
Editor: Kastolani Marzuki