JAKARTA, iNews.id - Contoh khutbah Jumat tentang menuntut ilmu menjadi hal menarik untuk diulas kali ini. Bagi setiap Umat Muslim, baik laki-laki dan perempuan, menuntut ilmu adalah suatu hal yang wajib.
Menuntut ilmu sendiri dapat mewujudkan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulullah mewajibkan manusia agar tidak pernah berhenti belajar di sepanjang hayat melalui Al-Qur'an, sunnah maupun hadist.
Keutamaan Malam Jumat dan Amalan-amalan yang Dianjurkan
Bahkan para pendahulu kita tidak pernah lelah meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang Muslim dengan mengembangkan dan dapat memberikan manfaat ilmu tersebut kepada masyarakat luas.
Dalam Hadits Riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.”
Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram, Spirit Hijrah Menuju Kebaikan
Artikel ini memuat tentang contoh khutbah Jumat tentang menuntut ilmu yang bisa dijadikan sebagai referensi. Berikut ulasannya lengkapnya yang dirangkum dari berbagai sumber Rabu (9/8/2023).
Contoh Khutbah Jumat Tentang Menuntut Ilmu
1. Contoh Khutbah Jumat Tentang Menuntut Ilmu Pertama
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ
Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram: Mendulang Pahala di Hari Asyura 10 Muharram
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .
Kumpulan Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram Singkat Penuh Motivasi Hijrah
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى
فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
Inilah Syarat Khutbah Jumat, Para Khatib Wajib Tahu!
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Ma’asyiral Muslimin, jamaah masjid yang dimuliakan Allah.
Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena takwa merupakan sebaik-baik bekal yang bisa disiapkan seorang muslim untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282)
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa di dalam menuntut ilmu syar’i dan mengajarkannya, keduanya sama-sama memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan agung. Dan keduanya sangatlah penting bagi kehidupan seorang muslim. Dengan kedua hal tersebut, seorang muslim bisa meraih banyak sekali kebaikan dan keutamaan.
Dalam proses menuntut ilmu dan mempelajarinya, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk senantiasa berdoa dan meminta kepada Allah agar diberikan tambahan ilmu. Allah Ta’ala tidak pernah memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta diberikan kelebihan sesuatu, kecuali ilmu syar’i. Sungguh, hal ini menunjukkan bahwa ilmu harus diutamakan dari yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
“Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.’” (QS. Thaha: 114)
Ayat ini penuh dengan kemuliaan. Menggembirakan mereka yang menuntut ilmu. Memecut kembali semangat yang melemah saat sedang malas dan membangkitkan kembali usaha serta kerja keras di dalam mempelajarinya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membawa dan menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh manusia saja, masih dan senantiasa diperintahkan untuk berdoa meminta diberikan tambahan ilmu. Lalu, bagaimana halnya dengan kita yang tentu sangat jauh sekali keutamaan dan kedudukannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?!
Jamaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Ketahuilah bahwa orang yang berilmu selangkah lebih dekat kepada Rabbnya. Allah Ta’ala berfirman,
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa orang berilmu lebih mulia di sisi Allah Ta’ala daripada orang yang tidak berilmu. Dan kedudukan mereka tentu saja lebih tinggi di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Mujadalah, Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Di dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bagaimana pentingnya kedudukan ilmu syar’i ini terhadap semua hal duniawi. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ألا إن الدنيا ملعونةٌ، ملعونٌ ما فيها، إلا ذكرُ الله، وما والاه، وعالمٌ أو متعلمٌ
“Ketahuilah, dunia itu terlaknat. Segala yang terkandung di dalamnya terlaknat, kecuali orang yang berzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi no. 2322. Dalam Shohihul Jami’, Syekh Al-Albani mengatakan hadis ini hasan).
Imam Syafi’i rahimahullah bahkan mengaitkan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan ilmu. Beliau rahimahullah berkata,
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i, 2: 139)
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia,
Ketahuilah, bahwa menuntut ilmu lebih didahulukan dan lebih diutamakan daripada amalan-amalan sunah yang lain. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
إن مقام أحدكم في سبيل الله أفضل من صلاته في بيته سبعين عاما
“Sesungguhnya berdirinya salah seorang dari kalian di jalan Allah (medan jihad) lebih utama daripada salat (sunah) di rumahnya selama 70 tahun.” (HR. Tirimidzi no. 1650)
Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk jihad di jalan Allah yang paling mulia. Karena hanya dengan ilmulah, agama ini tegak dan tersebar di muka bumi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ العِلْمِ كَانَ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Barang siapa yang keluar dalam rangka untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang.” (Hadis hasan ghariib, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi no. 2647 dan Al-Bazzar no. 6520)
Menuntut ilmu adalah tanda Allah Ta’ala menginginkan kebaikan untuk diri kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia paham dalam agama.” (HR. Bukhari no. 3116 dan Muslim no. 1037)
Sebaliknya, saat seseorang bermalas-malasan di dalam mempelajari ilmu syar’i, bahkan meremehkannya, maka ia harus waspada, bisa jadi ini pertanda Allah Ta’ala tidak menginginkan kebaikan untuk dirinya. Hendaknya ia segera bertobat dan menyibukkan diri kembali di dalam belajar dan menuntut ilmu, sehingga nantinya Allah Ta’ala bukakan kembali pintu-pintu kebaikan untuk dirinya.
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.
Pentingnya menuntut ilmu syar’i dan mempelajarinya bukan semata-mata karena banyaknya keutamaan yang akan diperoleh. Lebih dari itu semua, Allah Ta’ala telah menjadikan tholibul ilmi/ menuntut ilmu sebagai salah satu fitrah dan bawaan semua orang saat ia dilahirkan ke dunia ini. Di mana Allah Ta’ala telah menciptakan serta membekali setiap jiwa yang ada dengan wasilah dan berbagai sarana untuk mendulang ilmu ini. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan, dan hati nurani adalah sarana-sarana memperoleh dan mempelajari ilmu syar’i. Allah Ta’ala telah melimpahkan nikmat ini semenjak kita masih di dalam kandungan. Maka, sudah menjadi kewajiban dan keharusan kita untuk mensyukurinya dan memanfaatkan semua kenikmatan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Berusaha untuk memperdalam pengetahuan dan keilmuan agama Islam kita, mempelajari apa-apa yang menjadi kewajiban kita, dan memaksimalkan waktu yang ada untuk terus menerus duduk di majelis ilmu.
Jamaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Tentu saja, semua keutamaan yang telah kita sebutkan tidak akan bisa diraih, kecuali oleh mereka yang ikhlas dan mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari. Hanya berilmu dan semangat belajar saja tidak cukup. Semuanya harus dibarengi dengan keikhlasan dan realisasi atas apa yang telah kita pelajari. Karena di akhirat nanti pun kita akan dimintai pertanggungjawaban atas ilmu yang telah kita pelajari.
لا تزولُ قدما عبدٍ يوم القيامة حتى يُسألَ عن عمرِه؛ فيمَ أفناه؟ وعن علمِه؛ فيمَ فعل؟ وعن مالِه؛ من أين اكتسبه؟ وفيمَ أنفقه؟ وعن جسمه؛ فيمَ أبلاه؟
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser dari tempatnya untuk dihisab (ke surga atau ke neraka), hingga ia ditanya mengenai hidupnya. Untuk apa ia habiskan? Tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengannya? Tentang hartanya, dari mana dia memperolehnya? Untuk apa ia belanjakan? Tentang tubuhnya, untuk apa ia pergunakan?” (HR. Tirmidzi no. 2417, Ad-Darimi no. 537 dan Al-Baihaqi no. 494)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
2. Contoh Khutbah Jumat tentang Menuntut Ilmu Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (الإسراء: 36)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa taala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema: “Pentingnya Menjaga Amanah Ilmu”.
Ilmu adalah sesuatu yang Allah titipkan kepada kita. Karenanya kita wajib menjaganya dengan penuh amanah. Amanah pada ilmu artinya kita cari ilmu itu dengan cara yang benar, kita pahami dengan pemahaman yang benar dan kita sampaikan dengan benar.
Mencari ilmu dengan cara yang benar artinya mempelajari ilmu itu dari guru yang terpercaya dan memiliki sanad keilmuan yang bersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Memahami ilmu dengan pemahaman yang benar artinya memahami ilmu itu sesuai dengan pemahaman para ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Dan menyampaikan ilmu dengan benar artinya ilmu yang telah dipelajari disampaikan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh para ulama, tidak ditambahi, dikurangi atau diselewengkan.
Menjaga amanah harta adalah penting. Tapi menjaga amanah ilmu jauh lebih penting. Sebaliknya, memperlakukan ilmu dengan tidak amanah (khianat pada ilmu) dampaknya jauh lebih besar dan berbahaya daripada khianat dalam masalah harta.
Khianat dalam masalah ilmu dampaknya bisa jauh lebih berbahaya. Khianat dalam masalah harta memang dapat menimbulkan banyak kerugian. Tapi kerugian yang diakibatkan hanya bendawi dan duniawi yang sifatnya hanya sementara. Sedangkan kerugian yang diakibatkan khianat pada ilmu kaitannya dengan ukhrawi dan bisa menyebabkan kesengsaraan yang sifatnya abadi di akhirat.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Seseorang yang tidak amanah dalam masalah ilmu bisa menjadi sumber bencana bagi orang banyak. Menyampaikan ilmu secara serampangan dan hanya berdasar hawa nafsu adalah salah satu bentuk khianat dalam masalah ilmu.
Hal itu dapat menyebabkan banyak orang terjerumus dalam kesesatan. Ribuan bahkan jutaan orang mungkin akan terjatuh ke dalam dosa besar. Dan mungkin saja ribuan orang akan keluar dari Islam dan mati dalam keadaan tidak membawa iman.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itulah, kita diingatkan dan diwanti-wanti oleh Allah subhanahu wa taala agar tidak menyampaikan sesuatu yang tidak kita ketahui. Allah melarang kita untuk mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu dalam firman-Nya:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ (الإسراء: 36)
Maknanya: “Dan janganlah engkau mengucapkan perkataan tanpa dasar ilmu” (QS al-Isra: 36)
Di antara sikap amanah dalam menjaga ilmu adalah tidak malu dan gengsi mengatakan “saya tidak tahu” pada saat tidak mengetahui satu persoalan, terutama yang terkait dengan agama.
Sok tahu, terutama dalam masalah agama, hanya memberikan keuntungan sesaat yang sebenarnya tidak ada manfaatnya sama sekali, baik di dunia maupun di akhirat. Sok tahu atau mengaku tahu padahal tidak tahu dalam masalah agama, hanya akan menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Seseorang yang menjawab pertanyaan seputar agama tanpa dasar ilmu akan dijauhkan dari rahmat Allah, dilaknat oleh para malaikat langit dan bumi, dan terjatuh ke dalam salah satu dosa besar. Baginda Nabi menegaskan:
مَنْ أَفْتَى بِغَيْرِ عِلْمٍ لَعَنَـتْهُ مَلَائِكَةُ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ (رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ
Maknanya: “Barang siapa berfatwa (bicara agama) tanpa dasar ilmu, maka ia dilaknat oleh para malaikat di langit dan di bumi” (HR Ibnu Asakir).
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Aamiin.
Demikian ulasan mengenai contoh khutbah Jumat tentang menuntut ilmu. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para pembaca di manapun berada.
Editor: Komaruddin Bagja
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku