Contoh Teks Khutbah Jumat 26 September 2025 di Bulan Rabiul Akhir Singkat Terbaru
JAKARTA, iNews.id - Contoh teks khutbah Jumat edisi 26 September 2025 bertepatan Bulan Rabiul Akhir 1447 H berikut ini untuk disampaikan ke jemaah sholat Jumat. Sebagaimana diketahui, khutbah Jumat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian ibadah shalat Jumat.
Para ulama sepakat bahwa khutbah Jumat termasuk syarat sah dari shalat Jumat, di mana shalat Jumat menjadi tidak sah apabila tidak didahului dengan dua khutbah.
Yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua, di mana keduanya dipisahkan dengan duduk di antara dua khutbah. Khutbah Jumat itu dilakukan sebelum shalat Jumat.
Saat ini, umat Islam memasuki Bulan Rabiul Akhir 1447 H. Rabi artinya musim semi. Bulan ini konon diberi nama oleh kakek buyut Rasulullah SAW yakni, Kilab bin Murrah. Dinamakan demikian karena masyarakat Arab jahiliyah menetap di rumahnya masing-masing.
Di bulan Rabiul akhir ini juga banyak terjadi peristiwa bersejarah di antaranay turunnya Surat Al Hasyr yang mengisahkan tentang upaya pembunuhan Nabi Muhammad SAW oleh kaum Yahudi Bani Nadhir.
الحَمْدُ لِلهِ الذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ لِمَكَارِمِ الأَخْلَاقِ، وَهَدَاهُمْ لِمَا فِيْهِ فَلَاحِهِمْ وَسَعَادَتِهِمْ فِيْ الدُنْيَا وَيَوْمَ التَلَاقِ
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، الملك الكريم الخلاق، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله أفضل الخلق على الإطلاق، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان، وسلم تسليمًا اَمَّا بَعْدُ اُوْصِي نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Pada kesempatan yang sangat mulia ini, saya berwasiat untuk diri saya sendiri khususnya, serta kepada para jamaah agar kita senantiasa berusaha meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Karena takwa merupakan bekal yang terbaik bagi kita menjalani kehidupan ini, termasuk kehidupan di akhirat kelak.
Allah SWT berfirman:
فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
Takwa merupakan jalan bagi kita ketika kita menghadapi kesulitan hidup. Ketakwaan itu membuka jalan dari Allah SWT sehingga muncul solusi dari segala permasalahan di kehidupan. Bahkan di dalam ayat ini ditegaskan ketika orang mengalami kesulitan rezeki dalam kehidupan sehari-hari, maka takwa adalah solusi. Sebab dengan takwa Allah akan memberi rezeki pada orang tersebut dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Permasalahan dalam kehidupan merupakan sebuah keniscayaan. Setiap dari kita pasti memiliki masalah dalam hidup. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang terhindar dari masalah. Entah dia itu kaya atau miskin, berilmu atau tidak. Masalah merupakan cara Allah menguji hamba-Nya untuk menilai siapa di antara hamba-Nya yang baik amalnya.
Sehingga bagi kita yang beriman saat menghadapi masalah apa pun, maka kita harus berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Jangan lari dari masalah, tetaplah berikhtiar, karena lari dari masalah akan menghadapi masalah yang lebih besar. Setelah ikhtiar, hal yang diperlukan adalah bertawakal. Sebagaimana dalam Al-Quran:
فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِینَ
“Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (Q.S. Ali ‘Imran: 159).