Kisah Nabi Sulaiman Kehilangan Cincin hingga Kerajaan Diambil Alih Setan
JAKARTA, iNews.id - Nabi Sulaiman alaihisalam (as) merupakan salah satu dari 25 nabi yang diberikan anugerah dan nikmat luar biasa berupa kerajaan yang megah dan luas. Nabi Sulaiman juga mampu menaklukan bangsa jin dan hewan.
Namun, Nabi Sulaiman as mendapat cobaan dari Allah SWT ketika kehilangan cincin keramatnya yang dicuri oleh setan bernama Sakhr hingga kerajaannya diambil alih oleh setan tersebut.
Kisah Nabi Sulaiman kehilangan cincin hingga kerajaannya diambil alih oleh setan bernama Sakhr itu tersebut dalam Al Qur'an, Surat Shad.
Allah SWT berfirman:
{وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ (34) قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (35) فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ (36) وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ (37) وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ (38) هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (39) وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ (40) }
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertobat. Ia berkata.”Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku. sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungjawaban. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (QS. Shad: 34-40)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa nama setan (Jin) tersebut adalah Sakhr, demikianlah menurut Ibnu Abbas dan Qatadah. Menurut pendapat lain nama setan itu adalah Asif, kata Mujahid. Menurut pendapat yang lainnya lagi adalah Asruwa, yang juga kata Mujahid. Menurut As-Saddi, nama setan itu adalah Habyaq.
Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Ibnu Abbas ra mengatakan ketika Nabi Sulaiman hendak memasuki kamar kecil, ia menyerahkan cincinnya itu kepada Jaradah, salah seorang istrinya yang paling dicintainya.
Tiba-tiba datanglah setan yang menyerupai dirinya dengan Sulaiman, lalu berkata kepada Jaradah, "Berikanlah cincinku kepadaku," maka Jaradah menyerahkan cincin itu kepadanya. Setelah setan itu mengenakan cincin tersebut, tunduklah kepadanya semua manusia, jin, dan setan.
Ketika Sulaiman keluar dari kamar kecilnya, berkatalah ia kepada istrinya, "Kemarikanlah cincinku!" Jaradah menjawab, "Bukankah tadi telah kuberikan kepada Sulaiman?" Sulaiman as berkata, "Akulah Sulaiman." Jaradah menjawab, "Kamu dusta, bukan Sulaiman."
Kemudian Sakhr menyerupakan dirinya dengan Suliaman; ia datang ke kerajaannya, lalu duduk di atas singgasananya. Sejak saat itu Sakhr menguasai seluruh kerajaan milik Nabi Sulaiman, kecuali istri-istri Nabi Sulaiman. Sakhr menjalankan roda pemerintahan dan memutuskan peradilan di antara mereka, tetapi mereka memprotes banyak hal yang telah diputuskannya, hingga mereka mengatakan, "Sesungguhnya Nabi Allah mendapat cobaan."
Sejak saat itu tidak sekali-kali ia mendatangi seseorang dan mengatakan kepadanya.”Akulah Sulaiman," melainkan orang itu mendustakannya, hingga anak-anak kecil melemparinya dengan batu. Ketika Sulaiman menyaksikan kenyataan ini, maka sadarlah ia bahwa ini merupakan perintah (ujian) dari Allah SWT.
Sedangkan setan itu bangkit dan memutuskan perkara di antara manusia (rakyat kerajaan Nabi Sulaiman). Dan ketika Allah menghendaki akan mengembalikan kerajaan kepada Sulaiman as, Allah menanamkan rasa ingkar dan benci terhadap setan yang menyerupakan dirinya dengan rupa Sulaiman itu.
Maka orang-orang mengirimkan utusan untuk menghadap kepada istri-istri Nabi Sulaiman. Para utusan mengatakan kepada mereka, "Apakah kalian menyaksikan sesuatu yang aneh pada diri Sulaiman?" Mereka menjawab, "Ya, sesungguhnya dia sekarang selalu mendatangi kami di saat kami sedang haid, padahal sebelum itu dia tidak pernah melakukannya."
Ketika setan melihat bahwa perihal dirinya akan diketahui dan kedoknya akan terbuka, mereka menulis sebuah kitab yang di dalamnya terkandung sihir dan kekufuran, lalu mereka pendam di bawah singgasananya. Setelah itu mereka gali dan berpura-pura menemukannya, dan mereka membacakannya kepada orang-orang.
Akhirnya mereka mengatakan, "Dengan cara inikah Sulaiman menguasai manusia dan mengalahkan mereka?" Kemudian semua orang mengingkari Sulaiman dan mereka tetap bersikap mengingkarinya.
Selanjutnya setan itu melemparkan cincin Sulaiman ke dalam laut. Setelah dilemparkan, cincin itu ditelan oleh ikan. Tersebutlah bahwa Nabi Sulaiman (sesudah peristiwa itu) bekerja sebagai kuli di sebuah pantai.
Maka datanglah seorang lelaki membeli ikan-ikan di pantai itu dari jenis ikan yang menelan cincin Sulaiman, dari ikan yang menelan cincin itu pun ada pada kelompoknya tersebut. Lelaki itu memanggil Sulaiman dan berkata kepadanya.
”Maukah engkau pikul ikan-ikan ini?" Sulaiman menjawab, "Ya." Sulaiman bertanya, "Berapa upahnya?" Lelaki itu menjawab, "Saya bayar dengan ikan jenis ini yang kamu pikul nanti."
Nabi Sulaiman as setuju, lalu ia memikul ikan-ikan itu dan pergi membawanya ke rumah laki-laki itu. Setelah sampai di pintu rumah lelaki itu, maka si lelaki itu memberinya upah berupa ikan yang ternyata di dalamnya terdapat cincinnya.
Nabi Sulaiman menerimanya, lalu membelah ikan itu. Tiba-tiba ia menjumpai cincinnya berada di dalam perut ikan tersebut, maka ia pungut dan memakainya.
Setelah ia memakai cincinnya itu, maka tunduklah kepadanya semua manusia, jin, dan setan; keadaannya kembali seperti semula, sedangkan setan yang merebut kedudukannya lari ke sebuah pulau di tengah laut.
Nabi Sulaiman as mengirimkan utusan untuk mengejar dan menangkap setan yang sangat jahat itu. Maka mereka mengejarnya, tetapi mereka tidak mampu menangkapnya, pada akhirnya setan itu dijumpai sedang tidur.
Kemudian mereka membangun di atasnya sebuah bangunan tertutup dari timah. Ketika setan itu bangun, ia kaget dan melompat, tetapi tidak sekail-kali ia melompat di bagian mana pun dari bangunan itu melainkan timah itu melentur dan membelitnya.
Akhirnya mereka dapat menangkapnya dan mengikatnya, lalu membawanya ke hadapan Nabi Sulaiman as. Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar dibuatkan untuknya keramik yang diberi lubang, kemudian setan itu dimasukkan ke dalamnya dan disumbat dengan penutup dari tembaga.
Setelah itu, dia memerintahkan agar keramik itu dilemparkan ke laut. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman Allah SWT: "Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman, dan Kami jadikan di atas kursinya sesosok tubuh (mirip dengan dia), kemudian ia kembali (dapat merebutnya). (Shad: 34) Yang dimaksud dengan sosok tubuh itu adalah setan yang telah menguasai kursinya.
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Sulaiman as berdoa meminta ampunan kepada Allah SWT sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya.
{قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ}
Dia (Sulaiman) berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudah-ku; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad: 35)
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa makna ayat ini ialah kerajaan yang tidak layak bagi seseorang merebutnya dariku sesudahku, seperti yang pernah terjadi dalam kasus setan jahat yang menguasai singgasananya itu.
Wallahu A'lam.
Editor: Kastolani Marzuki