Jamaah Jumah yang dirahmati Allah
Saat ini kita sudah memasuki bulan Muharram, Tahun Baru Islam. Muharram menjadi salah satu di antara asyhurul hurum atau bulan-bulan yang dimuliakan. Di antara asyhurul hurum adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Selain itu asyhurul hurum dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dimaknai dengan bulan yang diharamkan perang.
Hal tersebut karena keistimewaan dan mulianya bulan ini sehingga tidak diperkenankan untuk berperang. Keistimewaan asyhurul hurum ini dijelaskan dalam Al Qur’an:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS at-Taubah: 36)
Di dalam bulan Muharram terdapat hari yang begitu penting bagi umat Islam dan bagi umat agama samawi lainnya. Yakni hari Asyura’. Dari kata ‘asyrah atau tanggal sepuluh. Asyura’ menjadi hari yang bersejarah, sebagaimana Rasulullah saw. menggambarkan pentingnya hari tersebut berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw. ketika tiba di Madinah, beliau mendapati mereka (orang Yahudi) malaksanakan puasa ‘Asyura’ (10 Muharam) dan mereka berkata: ‘Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun’. Lalu Nabi Musa AS mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah Swt, (mendengar pernyataan orang Yahudi tersebut) maka Beliau Nabi Muhammad saw. bersabda: ‘Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka’. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat beliau untuk mempuasainya” (H.R. Bukhari).
Islam melakukan penerimaan terhadap tradisi dan ajaran umat sebelumnya yang menghargai nilai serta arti punting Bulan Muharram. Dalam penerimaan tersebut, Rasulullah saw melakukan tahapan-tahapan untuk mengenal serta sekaligus memperkenalkan Muharram sebagai sebuah bulan penting dalam fase sejarah Islam:
Fase Pertama, saat Rasulullah berada di Makkah, beliau mendapati tradisi para penduduk Makkah sebelum mengenal Islam telah pula mengenal Puasa Asyura’ dan beliau menghargai tradisi tersebut.
Fase Kedua, saat Rasulullah telah berhijrah ke Madinah, Rasulullah mendapati pada tanggal 10 (sepuluh) Muharram para umat Yahudi baik itu dari Bani Nadzir, Bani Qoinuqah, Bani Quraidhah, dan bani Khaybar semuanya serentak pada hari itu tidak makan dan tidak pula minum.
Dalam pandangan Rasulullah, jika ummat Yahudi saja memperingati sejarah perjalanan dakwah Musa dengan berpuasa, maka beliau dan ummatnya seharusnya lebih berhak memperingatinya.
Fase Ketiga, puasa Asyura’ pernah menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh umat Islam. Lalu Ketika turun perintah puasa Ramadhan pada surat al-Baqarah ayat 183 pada Bulan Syaban tahun kedua Hijriyyah atau 624 M, maka puasa Asyura’ tidak lagi menjadi sebuah kewajiban dan hanya menjadi kesunnahan.
Fase Kempat, di pengujung usia sebelum wafatnya Rasulullah saw., beliau bersabda “lain ‘isytu ila qabil, laashumanna at-tasi.’” (“Jikalau aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa sembilan Muharram”. Akan tetapi ternyata belum sampai tanggal dimaksud tiba, Rasulullah saw terlebih dahulu wafat, berpulang ke rahmatullah.
Meski Rasullullah saw belum sempat melaksanakan cita-cita beliau untuk puasa di tanggal sembilan Muharram, namun puasa tanggal sembilan yang disebut puasa Tasu’ah tetaplah menjadi hammiyah Rasulullah atau cita-cita beliau yang patut kita lestarikan.
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Swt.
Itulah sejarah puasa Asyura’ dan Tasu’ah pada bulan Muharram. Sebuah bulan yang mendapat pengakuan dari agama-agama samawi. Sebuah bulan yang mulia, berisi tanggal yang istimewa, serta memiliki sejarah dan kisah perjuangan para nabi dan rasul Allah Swt.
Para Jamaah sekalian dengan masuknya kita di bulan Muharram ini semoga kita senantiasa bisa meneladani arti perjuangan.
Perjuangan nabi-nabi terdahulu dalam membimbing umatnya. Jika kita saat ini belum bisa berjuang untuk umat, paling tidak kita bisa berjuang untuk membimbing keluarga kita, jika kita merasa belum bisa menjadi pembimbing keluarga kita, paling tidak dimulai dengan berjuang membimbing diri kita sendiri dalam arti membimbing hati kita untuk berusaha menjadi manusia yang mulia, manusia yang berbudi luhur sebagaimana dicitacitakan oleh Nabi Muhammad saw. Karena kasih sayang beliau kepada umatnyalah beliau menyimpan syafaatnya.
Semoga kita kelak menjadi sebagian di antara orang-orang yang mendapatkan syafaat baginda Nabi Muhammad saw. Dan Muharram ini sebagaimana menjadi titik balik para nabi yang mendapat banyak karunia dan kemukjizatan, semoga juga menjadi titik balik kita untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dunia dan akhirat. Amin amin ya Rabbbal ‘alamin.
(Oleh: Ustaz Muhammad Barir, Kemenag)
5. Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram, Momentum Tepat Introspeksi Diri
Khutbah I
الحمد لله على نعمه فى أول الشهر من السنة الهجرة التامة, الذى جعل هذا اليوم من أعظم الأيام الرحمة, أحمده حمد الحامدين, واستعينه أنه خيرالمعين, وأتوكل عليه انه ثقة المتوكلين أشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المجتبى وسيد الورى رحمة للعالمين. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين وسلم تسليما كثيرا…اما بعد.
فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Sidang Jumat Rahimakumullah
Segala Puji bagi Allah SWT., atas rahmat dan ridha-Nya kita semua berada dalam keadaan sehat wal-afiat. Semoga limpahan berkah dan karunia yang tiada pernah putus dari-Nya, senantiasa meliputi suasana kita semua dalam melaksanakan segala aktifitas di alam dunia ini.
Shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah Saw senantiasa kita teguhkan dalam hati dan akal kita. Semoga kita semua akan mendapatkan syafaat darinya di alam akhirat kelak nanti.
Momen 1 Muharram adalah memperingati awal hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekah ke Yatsrib (Medinah). Rasulullah dan sahabat-sahabatnya berhijrah bukan karena ingin beristirahat dan hidup tenang, atau mencari dunia, atau mencari tempat yang aman karena takut serangan kaum kafir Quraisy.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku