Macam-Macam Hadits Berdasarkan Kualitasnya
JAKARTA, iNews.id - Berbicara macam-macam hadits dalam Islam, tentu sangat banyak dan luas. Jenis hadits dibedakan menurut beberapa kualifikasi, salah satunya berdasarkan kualitas atau keabsahannya.
Ada pun beberapa macam hadits ditinjau dari kualitasnya antara lain adalah Hadits Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits Dhaif.
Secara bahasa, hadits artinya adalah sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita, yakni sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Sedangkan menurut istilah syara’, hadits adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Dikutip dari laman Kemenag, hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Hadits berkedudukan sebagai penjelas, maka hadits dapat memperluas hukum dalam Al Quran atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang telah ditetapkan di dalam Al Quran.
Dalam Surat An Nisa ayat 50, Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ada pun fungsi hadits adalah untuk menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al Quran. Pasalnya, sebagian besar ayat-ayat dan hukum dalam Al-Qur’an tersurat dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum bisa dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits.
Dengan demikian, fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al Quran. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah yang termaktub dalam surat An-Nahl ayat 64:
وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ اِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِى اخْتَلَفُوْا فِيْهِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
Dilihat dari segi kualitas kekuatan dan kelemahan hadits, para ulama membagi hadits dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif. Berikut adalah pengertian masing-masing:
Dikutip dari jurnal Macam-Macam Hadits dari Segi Kualitas terbitan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) An-Nur Jati Agung, kata Shahih menurut bahasa berasal dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa shahahan. Menurut bahasa Shahih bahasa yang sehat, yang selamat, yang benar, yang sah dan yang benar.
Para ulama biasa menyebut kata shahih itu sebagai lawan kata dari kata saqim (sakit). Maka hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang sehat atau hadits yang selamat.
Dengan kata lain, Hadits Shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung atau mutawatir, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya. Serta, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz (kejanggalan) dan illat.
Ibnu Ash Shalah mendefinisikan Hadits Shahih sebagai berikut:
“Hadits yang disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan tidak ber‟illat”.
Ibnu Hajar al-Asqalani, mendefinisikan lebih ringkas yaitu :
“Hadits yang diriwayatkan oleh orang–orang yang adil, sempurna kedzabittannya, bersambung sanadnya, tidak ber‟illat dan tidak syadz”.
Hadits Hasan hampir sama dengan Hadits Shahih, yakni hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Perbedaan dari kedua jenis hadits ini adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih.
Menurut pendapat Ibnu Hajar, "Hadits Hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan tidak ganjil.”
Imam Tirmidzi mengartikan hadits hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada kejanggalan (syadz) dan (hadits tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”