Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Makna Meteor Jatuh Menurut Islam? Begini Penjelasan Al Quran dan Doa Melihatnya
Advertisement . Scroll to see content

Mengapa Nabi Muhammad SAW Disebut sebagai Rasul Terakhir? Simak Penjelasannya!

Senin, 19 Februari 2024 - 13:03:00 WIB
Mengapa Nabi Muhammad SAW Disebut sebagai Rasul Terakhir? Simak Penjelasannya!
Mengapa Nabi Muhammad SAW disebut sebagai Rasul terakhir? (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Mengapa Nabi Muhammad SAW disebut sebagai Rasul terakhir? Nabi Muhammad SAW dihormati dalam Islam sebagai rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT. 

Gelar ini, yang dikenal sebagai Khatam an-Nabiyyin, secara harfiah berarti “penutup para nabi,” dan memiliki implikasi penting dalam kepercayaan dan praktik keagamaan umat Islam.

Bukti dari Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an secara eksplisit menyebutkan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir dalam Surat Al-Ahzab ayat 40, yang berbunyi:

مَاكَانَمُحَمَّدٌاَبَآاَحَدٍمِّنْرِّجَالِكُمْوَلٰكِنْرَّسُوْلَاللّٰهِوَخَاتَمَالنَّبِيّٖنَۗوَكَانَاللّٰهُبِكُلِّشَيْءٍعَلِيْمًا

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukan bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Hadits juga mendukung pandangan ini, dengan banyak riwayat yang menegaskan posisi Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, termasuk hadits yang diriwayatkan oleh Muslim tentang haji wada’ (perpisahan) Nabi Muhammad SAW.

Pentingnya Gelar Khatam an-Nabiyyin

Gelar Khatam an-Nabiyyin menegaskan bahwa tidak akan ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad SAW, yang berarti wahyu ilahi telah lengkap dan sempurna dengan turunnya Al-Qur’an. Ini menandai penutupan era kenabian dan dimulainya fase baru dalam sejarah keimanan, di mana manusia diharapkan mengikuti ajaran yang telah disempurnakan dan diabadikan dalam Al-Qur’an.

Fatwa Syaikh Dr. Muhammad bin Abdullah al-Qannash, staf pengajar di Universitas al-Qashim, KSA menyebutkan, bahwa banyak sekali hadits-hadits Mutawatir dari Nabi SAW yang menunjukkan bahwa beliau adalah penutup para nabi dan utusan. 

Di antaranya, hadits di dalam ash-Shahihain; al-Bukhari (3535) dan Muslim (2286), dari hadits Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku adalah seperti perumpamaan seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, lalu ia membuatnya dengan baik dan indah kecuali tempat sebuah ubin di satu pojok. Lalu orang-orang berkumpul di situ dan kagum terhadapnya seraya berkata, ‘Kenapa ubin ini tidak diletakkan (sekalian).!’” Beliau menjawab, “Akulah ubin itu dan akulah penutup para nabi.”

 Di dalam ash-Shahihain; al-Bukhari (4896) dan Muslim (2354) dari hadits Jubair bin Muth’im RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah ‘al-Mahi,’ yang dengannya Allah menghapus kekufuran, aku adalah ‘al-Hasyir’, di mana manusia dikumpulkan di atas kedua kakiku dan aku adalah ‘al-‘Aqib’.” Al-‘Aqib adalah orang yang tidak ada nabi setelahnya.

Dari Tsauban RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya nanti akan ada sebagian dari umatku menjadi para pendusta, yang berjumlah tiga puluh orang, semuanya mengaku sebagai nabi. Dan akulah penutup para nabi itu dan tidak ada nabi setelahku.” (HR.Abu Daud, no.4252 dan lainnya)

Dalam Shahih Muslim (523), dari hadits Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasululah SAW bersabda, “Aku diunggulkan atas para nabi yang lain dengan enam hal: aku diberikan ‘Jawami’ (kumpulan perkataan yang ringkas tapi padat makna), aku ditolong dengan rasa ciut (pada musuh), dihalalkan bagiku harta-harta rampasan, bumi dijadikan suci suci dan sebagai tempat sujud, aku diutus kepada seluruh makhluk dan aku sebagai penutup para nabi.”

Mengapa Nabi Muhammad SAW Disebut sebagai Rasul Terakhir? 

Al-Hafizh Ibn Katsir berkata, “Allah Tabaraka Wa Ta’ala telah memberitakan di dalam kitab-Nya dan Rasul-Nya di dalam hadits-haditsnya yang mutawatir bahwa tidak ada nabi setelahnya. Hendaklah mereka mengetahui bahwa setiap orang yang mengaku memiliki posisi seperti ini setelahnya, maka ia adalah seorang pendusta, penyebar isu, dajjal, orang sesat lagi menyesatkan. Sekalipun dapat melakukan hal yang di luar kebiasaan, menyajikan atraksi mistik, dan memperagakan beragam jenis sihir dan jampi-jampi…”


Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah RHA dan al-Mughirah RA, maka dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (9/109-110), ia berkata, (bab) Siapa yang tidak suka mengatakan, ‘tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW’, Husain bin Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata, Jarir bin Hazim menceritakan kepada kami, dari ‘Aisyah RHA, ia berkata, “Katakanlah Khatam an-Nabiyyin dan janganlah katakan, ‘tidak ada nabi setelahnya.’”

Abu Usamah menceritakan kepada kami, dari Mujalid, ia berkata, Amir memberitahukan kepada kami, ia berkata, seorang laki-laki yang beada di dekat al-Mughirah bin Syu’bah RA berkata, “Semoga Allah SWT menyampaikan shalawat atas Muhammad SAW, penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahnya.” Al-Mughirah berkata, “Cukup bagimu bila kamu katakan, ‘penutup para nabi,’ sebab kita menceritakan bahwa ‘Isa AS akan keluar (muncul), jika ia keluar (muncul), maka posisinya adalah sebelum beliau SAW dan juga setelahnya.”

Maksud ‘Aisyah RHA dan al-Mughrah RA sangat jelas, yaitu isyarat akan turunnya ‘Isa AS di akhir zaman….
Hal ini didukung oleh firman Allah SWT, “Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”(QS.an-Nisa":159)

Juga terdapat hadits-hadits mutawatir dari Nabi SAW yang menunjukkan turunnya ‘Isa AS di akhir zaman.

Ibn Qutaibah berkata, “Adapun perkataan ‘Aisyah RHA, ‘katakanlah kepada Rasulullah SAW, ‘penutup para nabi’ dan jangan katakan ‘tidak ada nabi setelahnya,’ maka itu maksudnya adalah turunnya ‘Isa AS. Perkataannya ini tidak bertentangan dengan sabda Nabi SAW, ‘Tidak ada nabi setelahku.’ Sebab maksud beliau SAW adalah ‘tidak ada nabi setelahku yang menghapuskan apa yang aku bawa sebagaimana para nabi-nabi terdahulu diutus untuk menghapus (syariat sebelumnya-red). ‘Aisyah RHA ingin mengatakan, “Janganlah kamu mengatakan, ‘sesungguhnya al-Masih tidak turun setelah beliau saw.’” Ini bila diperkirakan hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah dan al-Mughirah itu shahih. Namun, Atsar dari ‘Aisyah RHA itu Munqathi’ (bagian dari hadits dha’if-red), sedangkan pada Atsar al-Mughirah RA terdapat Mujalid bin Sa’id, seorang perawi yang lemah (dha’if). Wallahul Muwaffiq Wal Hadi Ila Sawa"is Sabil (Allah lah Yang Memberi taufik dan Memberi petunjuk kepada jalan yang lurus). 

Kesimpulan

Pemahaman bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasul terakhir adalah inti dari aqidah Islam dan menegaskan keunikan dan keabsahan pesan yang dibawanya. Ini juga merupakan panggilan bagi umat Islam untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup yang lengkap dan final.

Itulah jawaban mengapa Nabi Muhammad SAW disebut sebagai Rasul terakhir? Semoga bermanfaat.

Editor: Komaruddin Bagja

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut