Naskah Khutbah Jumat tentang Akhir / Awal Tahun, Waktunya Muhasabah Diri
JAKARTA, iNews.id - Naskah khutbah Jumat tentang akhir / awal tahun yang perlu jadi renungan dan introspeksi diri. Tahun baru 2022 segera menjelang.
Tahun 2021 yang tinggal sehari lagi patut menjadi refleksi atas apa yang sudah dilakukan selama setahun untuk diperbaiki di tahun baru nanti.
Pergantian tahun juga tidak perlu dirayakan meriah. Terlebih masih di tengah pandemi Covid-19. Muslim dianjurkan untuk melakukan muhasabah dan berdoa menyongsong tahun baru agar mendapat keberkahan hidup.
Berikut naskah khutbah Jumat tenang akhir / awal tahun yang ditulis Ketua LDNU Kabupaten Cirebon, KH Ahmad Zuhri Adnan dikutip dari dakwahnu
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الدَّيَّان، الْكَرِيْمِ الْمَنَّان، اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا يَدُوْمُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى الْخَيْرِ وَاْلإِنْعَامِ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنَ الذُّنُوْب العِظَام. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Dalam kesempat yang mulia ini marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan penuh keihlasan. Sholawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Tahun 2021 segera berlalu dan kita akan memasuki tahun baru 2022. Tahun 2021 menyisakan banyak catatan baik secara personal maupun global. Secara global khususnya di Indonesia ada banyak hal catatan peristiwa yang menyedihkan untuk kita jadikan sebagai instrumen muhasabah dan introspeksi diri.
Lembar catatan itu setidaknya dapat dijadikan tiga dimensi perbaikan secara progresif yaitu 1) muhasabah untuk mengoreksi diri 2) evaluasi diri untuk bertaubat dan 3) himmah untuk memperbaiki diri dan beramal saleh.
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Dimensi pertama Muhasabah, dilakukan dengan cara mengintrospeksi nilai ibadah dan amal saleh kita untuk dijadikan standar peningkatan amal saleh ke depan. Apabila lebih banyak nilai kebaikan dan ibadahnya maka kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, pun-demikian sebaliknya apabila banyak nilai kesalahan dan dosa-dosanya, maka Kita termasuk dalam golongan orang yang merugi. Sebagaimana yang disampaikan Ali bin Abi Thalib Karromallahu wajhah
مَنْ اِسْتَوى يوماه فهو مَغبونٌ َومن كان آخُر يومِه شرا فهو ملعونٌ ومن لم يكن علٰىٰ الزِيادة فكان على النُقصانِ ومن كان على النُقصانِ فالموتُ خيرٌ له
“Barang siapa yang harinya sama saja maka dia telah lalai, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia terlaknat, barang siapa yang tidak mendapatkan tambahan maka dia dalam kerugian, barangsiapa yang dalam kerugian maka kematian lebih baik baginya”.
Dimensi kedua evaluasi diri untuk bertaubat. Manusi tidak luput dari dosa. Tobat adalah bentuk penyesalan dan berjanji takkan mengulangi kembali segala perbuatan buruk selama ini yang dilarang Allah SWT. Taubat adalah kewajiban, diperintahkah oleh Al Quran dan didorong oleh sunnah. Allah SWT berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ…….
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; ……. ” (QS. At Tahrim: 8).
Dimensi ketiga adalah himmah untuk memperbaiki diri dan beramal saleh. Amal saleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan syariat Islam serta ikhlas karena Allah Swt semata.
Amal saleh termasuk perintah Allah karena dengan beramal saleh maka akan tercipta kehidupan yang tentram dan bahagia. Amal saleh adalah perbuatan atau sikap yang harus di miliki oleh setiap muslim sebab orang yang amal saleh akan menjadi penghuni surga serta kekal di dalamnya. Allah SWT berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَـنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ وَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَ حْسَنِ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An-Nahl: 97)
Jamaah Jumat rohimakumullah
Sebagai bahan muhasabah di tahun baru 2021 ini marilah kita cermati kutipan Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasoihul Ibad. Bahwa ada empat ciri orang yang celaka :
Melupakan dosa-dosa masa lalu, padahal semuanya tercatat dengan rapi dan detail di sisi-Nya;
نِسْيَانُ الذُّنُوْبِ الْمَاضِيَةِ وَ هِيَ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مَحْفُوْظَةٌ
“Suka melupakan dosa-dosa yang telah lalu, padahal dosa-dosa itu tersimpan di sisi Allah”
Kita sebagai manusia yang seringkali lalai, bukan saja melupakan dosa yang telah lalu bahkan kita acapkali tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan menambah pundi dosa kita. Allah SWT melekatkan pada diri manusia sifat lupa dan sifat ingat. Allah SWT menciptakan sifat lupa karena Ia hendak membimbing hamba-Nya, di antaranya agar manusia tidak melakukan kesalahan pada kesempatan berikutnya. Sedaangkan sifat ingat adalah untuk introspeksi diri dan mengingat kepada tanda- tanda kebesaran Allah dengan cara dzikir dan ibadah.
Selalu mengenang kebaikan masa lalu, padahal belum diketahui diterima Allah atau tidak
وَذِكْرُالحَسَنَاتِ المَاضِيَةِ وَلاَ يَدْرِئ اَقُبِلَتْ اَمْ رُدَّتْ
“Suka membangga-banggakan kebaikan yang telah lalu, padahal ia tidak tahu apakah kebaikannya itu diterima atau tidak”.
Ketika manusia akan melakukan kebaikan, syaitan dengan berbagai caranya menggoda manusia untuk gagal melakukannya. Namun ketika manusia berhasil mengalahkan bisikan syaitan dengan tetap melakukan kebaikan, syaitan menggoda manusia dengan cara yang lain. Dibisikkanlah ke dalam hati manusia rasa bangga dengan kebaikannya. Sehingga muncullah bangga diri. Muncullah rasa lebih baik daripada orang lain. Dalam hal ini, menyadari bahwa amalan kita belum tentu diterima Allah memiliki peranan penting dalam menundukkan rasa ujub dan takabbur.
Memandang kapada yang lebih atas dalam urusan dunia.
وَنَظَرُهُ اِلَى مَنْ فوْقَهُ فِى الدُّنْيَا
“Dalam urusan dunia ia suka melihat kepada orang yang lebih tinggi.”
Ini adalah sebuah ciri orang ingkar atau orang yang akan mendapat murka dari Allah sebab menafikan syukur kepada Allah SWT, sehingga jiwa tidak tenang dan selalu merasa kurang. Yang teringat hanyalah kekurangan dan serba kekurangan. Padahal, nikmat dari Allah adalah tidak terkira.
Orang yang menyukai kehidupan dunia akan mudah terjebak ke dalam kondisi demikian, maka kecelakaanlah yang akan mereka peroleh.
Orang yang seperti ini membandingkan amal ibadahnya dengan orang yang lebih rendah amal ibadahnya sehingga menjadi orang sombong yang merasa telah melakukan banyak ibadah dan tidak ada ghirah dalam beribadah karena masih ada orang yang lebih rendah ibadahnya disbanding dirinya. Padahal kita tidak tahu apakah amal kita diterima Allah atau tidak.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki